Jakarta, Aktual.com – Koordinator divisi korupsi politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Faris, menilai rencana studi banding Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu ke Jerman dan Meksiko sebagai penghinaan bagi akal sehat masyarakat Indonesia.

“Studi banding ke Jerman dan Meksiko itu penghinaan untuk akal sehat kita. Sebab, sudah ada staf khusus dan semua kajian sudah disediakan. Ibarat warung nasi Padang, sudah ada semua itu menunya, tinggal pilih saja,” katanya dalam diskusi mengenai RUU Pemilu yang digelar Wahid Institute di Jakarta, Kamis (3/3).

Keberadaan staf khusus, menurut Donal merupakan salah satu perangkat yang diadakan untuk meningkatkan kualitas individu masing-masing anggota DPR. Sehingga sangat lucu jika dalam sebuah pembahasan RUU harus melakukan studi banding keluar negeri.

ICW menyangsikan hasil kunjungan yang dilakukan Pansus RUU Pemilu dalam studi banding ini. Berkaca pada beberapa UU sebelumnya, studi banding keluar negeri tidak akan berpengaruh banyak terhadap pengambilan keputusan di dalam pembahasan RUU Pemilu.

“Hasil dari Jerman dan Meksiko pun tidak akan terpakai, karena akan hilang dalam waktu setengah jam di lobi-lobi antar fraksi,” ungkapnya.

Pansus RUU Pemilu sendiri diketahui berencana ke Jerman dan Meksiko dalam rangka studi banding. Kunjungan dilakukan dalam masa reses parlemen, yaitu 11 hingga 16 Maret 2017.

Donal Faris dalam kesempatan itu juga menyinggung wacana penambahan kursi DPR dalam pembahasan RUU Pemilu dengan UU MD3 yang menurutnya justru menumpulkan hak individu anggota DPR sebagai bagian dari legislatif.

“Desain UU MD3 itu akan melemahkan hak individu anggota DPR, karena akan menguatkan fraksi. Kalau sudah seperti itu, enggak perlu penambahan anggota DPR, satu fraksi cukup 2-3 orang saja,” demikian Donal

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: