Jakarta, Aktual.co — Bunga mawar yang harum dan indah, disimbolkan dengan berbagai bidang, diantaranya adalah kecantikan dan persintaan. Namun bunga mawar, selain sebagai simbol percintaan, ternyata juga sebagai simbol sufisme, dalam kajian tasawuf.
Hal ini terbukti ketika para penyair sufi di daratan Arab, menggunakan bunga mawar dalam karya puisi mereka untuk menggambarkan kepribadian Rosulallah Muahammad SAW.
Salah satu penyair sufi yang menggunakan bunga mawar yang menyimbolkan Nabi Muhammad SAW adalah, Farid Ad-Din Attar.
Farid Ad-Din Attar menyimbolkan warna merah dalam bunga mawar, sebagai kepribadian Nabi yang memberikan penerangan bagi umat manusia, dalam buku yang ditulisnya pada 1230 masehi. Sedangkan harum bunga mawar disimbolkannya kepada Nabi sebagai moralitas yang sempurna.
“Di tempat tidur, mawar misteri bersinar. Rahasianya tersembunyi dalam mawar,” demikian kutipan dalam buku ‘The Rose Garden’ yang ditulis oleh Farid Ad-Din Attar.
Selain Farid Ad-Din Attar, ada juga penyair Hazrat Inayat Khan (1882-1927), yang mengatakan, mawar terdiri dari beberapa kelopak yang menyatu bersama-sama, sehingga jiwa Sufi menunjukkan berbagai kualitas yang berbeda.
Kualitas ini, kata Hazrat Inayat, memancarkan aroma bentuk kepribadian spiritual. “Bunga mawar memiliki struktur yang indah, Sufi memiliki struktur halus, sebuah cara berhubungan dengan orang lain melalui ucapan, tindakan, dan sebagainya. Sama seperti parfum mawar, parfum yang menembus seluruh ruangan, seorang sufi menembus masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah,” katanya.
Bukan hanya penyair saja yang menggunakan bunga mawar sebagai simbol dari karya-karyanya. Allah SWT, juga menggunakan warna merah bunga mawar dalam salah satu surat dalam Al-Quran.
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.” Surat Ar-Rahman 37-38.
Bunga mawar memiliki bentuk yang berbeda dan mawar diciptakan untuk alasan yang signifikan. Dalam tradisi Islam, mengenakan parfum merupakan makanan bagi jiwa dan roh. Salah satu hadis menceritakan bahwa nabi sangat menyukai aroma yang baik, dan tradisi muslim sering memakai esensi murni dari air mawar, terutama sebelum shalat. Mawar adalah salah satu aroma surgawi, esensi mawar memiliki beberapa keuntungan aromatherapeutic diantaranya sebagai anti-depresi yang kuat dan mampu menenangkan pikiran.
Mawar terdiri dari beberapa kelopak, menjadi puncak perlambangan spiritual bagi hampir semua sufi dan para wali Allah, khususnya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam sebuah kisah yang diceritakan ketika dia berada di kota Bagdad, beliau didatangi oleh utusan para wali dan mengatakan kepadanya:
“Wahai Abdul Qadir Al-Jailani, engkau tidak mempunyai tempat di kota Bagdad, karena kota Bagdad telah di penuhi oleh para Wali-wali Allah,” kata seorang sufi.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan sambil menunjukkan gelas yang telah berisi air bening, “Seperti inilah kota Bagdad itu, gelas adalah kota Bagdad dan airnya adalah para wali Allah.”
Lalu dia mengambil sekuntum Mawar Merah, kemudian diletakkan ditengah air dalam gelas itu, sambil berkata: “Dan aku adalah Mawar diantara para wali-wali-Nya,” katanya menjelaskan.
Pada saat itu juga wali utusan tersebut tersungkur lalu bersujud meminta ampunan kepada Allah atas kesombongannya.
Artikel ini ditulis oleh: