Ribuan umat dari berbagai elemen melakukan Apel Siaga Tolak Kebangkitan PKI di Silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (3/6/2016). Dalam aksi Apel Siaga Ganyang PKI mendesak Presiden Jokowi untuk tidak meminta maaf terkait peristiwa 1965 dan memberi ruang bagi PKI.

Jakarta, Aktual.com – Akademisi asal Universitas Indonesia, Rocky Gerung menilai kata ‘gebuk’ yang digunakan oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu sudah tidak relevan jika digunakan pada saat ini.

Presiden Jokowi, seharusnya menggunakan kata yang lebih pantas ketika berbicara kepada publik. Sebab kata ‘gebuk’ merupakan istilah yang sangat identik dengan era Orde Baru. Istilah yang sangat lazim digunakan pada 30 tahun silam ini sangat tidak pas jika digunakan untuk meredam situasi tanah air saat ini.

“Padahal, yang ada saat ini bukan problem nasionalisme, melainkan gagalnya percakapan kewarganegaraan. Itu yang harus diperbaiki oleh pemerintah,” ujar Rocky di Jakarta, Sabtu (20/5).

Dosen di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI) ini menegaskan, penggunaan kalimat yang kurang tepat dapat menghapus optimisme yang sedang tumbuh pada masyarakat. Pernyataan yang diungkapkan oleh Jokowi tersebut, ada sangkut pautnya dengan beberapa pembatalan kesepakatan kerja sama antara pemerintah dengan berbagai pihak.

“Kita memerlukan pemimpin yang cerdas, punya kapasitas dan yang konsep bagus, sehingga semua orang paham apa yang terjadi,” pungkasnya.

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: