Jakarta, Aktual.com — Ilmuwan Indonesia yang juga pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, mengembangkan teknologi Tomografi Koheren Optikal (OCT) untuk mengelola air minum.

“OCT sudah banyak digunakan di dunia medis, khususnya untuk diagnosa gangguan mata, syaraf, memeriksa kandungan, pencernaan, penyakit kanker, gangguan jantung, dan kulit,” kata Yusuf Wibisono, pada Rabu (26/8).

Dia menjelaskan OCT digunakan untuk memindai objek dan menghasilkan gambar tiga dimensi yang berukuran micrometer.

Penerapan OCT di bidang non-medis berguna dalam mitigasi terbentuknya biofilm di dalam modul membran yang dimanfaatkan untuk pengolahan air minum.

Menurut Yusuf, aplikasi non-medis OCT ini masih sangat baru di dunia.

Baru-baru ini dia mempresentasikan hasil penelitian tentang aplikasi non-medis OCT ini di Konferensi Internasional Tentang Desalinasi Menggunakan Teknologi Membran yang berlangsung di Singapura.

Hasil penelitian Yusuf bersaing dengan studi yang dilakukan para peneliti dari Singapura, Finlandia dan Belanda.

Di akhir konferensi, dia terpilih menjadi peserta yang berhak mengunjungi instalasi desalinasi Tuaspring di Singapura.

Instalasi desalinasi Tuaspring beroperasi pada 2013, dan merupakan instalasi desalinasi air laut terbesar se-Asia dengan kapasitas produksi sebesar 318.500 m3 air minum per hari.

Dengan instalasi desalinasi sebesar ini, Singapura siap menjadi negara yang terjamin ketahanan sumber daya airnya, dan mulai melepaskan ketergantungan dari Malaysia dalam menyediakan kebutuhan air minum bagi masyarakatnya.

“Instalasi pengolahan air laut ini dijaga ketat oleh personel keamanan bersenjata,” kata Yusuf.

Instalasi ini menggunakan teknologi ultrafiltrasi untuk pra-pengolahan air laut, dan membran “reverse osmosis” dua tahap, yaitu tekanan tinggi dan tekanan rendah, untuk menghilangkan kandungan garam dari air laut sehingga menghasilkan air minum dengan kualitas tinggi.

Artikel ini ditulis oleh: