Janganlah kalian sebut seseorang kecuali yang baik-baik saja, karena sesungguhnya tidaklah orang itu bersyukur kepada Allah Swt, melainkan jika dirinya berterima kasih kepada manusia –sebagaimana sabda Baginda Nabi Saw-.
Dan saya melihat – Allah Dzat yang Maha Tahu- bahwa orang yang tidak menyaksikan manusia, yaitu ghaib dari menyaksikan mereka, maka dia tidak akan menyaksikan Allah dengan persaksian yang sempurna.
Karena sesungguhnya orang yang sempurna, ialah orang yang tidak terhalang dari Sang Khaliq dengan makhlukNya, tidak pula terhalang dari makhluk dengan Sang Khaliq, atau terhalang dengan maqam Al Farq ( ketika hanya menyaksikan Sang Khaliq ) dari maqam Al Jam’ (ketika menyaksikan Sang Khalik melalui makhlukNya).
Ataupun terhalang dengan maqam Al Jam’ dengan maqam Al Farq, tidak terhalang dengan asar (efek) dari Dzat yang memberikan asar (efek), tidak pula terhalang dengan Dzat yang menciptakan asar dari asar itu sendiri, ataupun terhalang dengan syariah dari pada hakikat, atau terhalang dengan hakekat dari syariat, ataupun dengan suluk (berjalan menuju wushul kepada Allah Swt) dari jadzab (langsung wushul kepada Allah Swt tanpa suluk), atau terhalang dengan jadzab dari suluk, begitu seterusnya….
Maka inilah orang yang telah wushul (sampai kepada Allah Swt), inilah orang yang sempurna, inilah orang yang ahli ma’rifah, dan inilah orang yang ahli fana ( tidak menyaksikan adanya diri sendiri), selain dari pada ahli jadzab yang telah mati dari rasanya maka ia bukanlah ahli fana. Salam (untuk kalian). Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid