Adapun firman Allah: ” Allah adalah Dzat yang Dzahir”, sungguh saya belum memahaminya, karena kita tidak pernah melihat sesuatu yang dzahir kecuali alam semesta. Lalu ia pun berkata kepadaku: ” jikalau saja maksud dari pada firman Allah: ” Allah adalah Dzat yang Dzahir” selain sesuatu dzahir yang kamu lihat, maka hal itu adalah sesuatu yang batin bukan dzahir lagi. Saya katakana kepadamu, bahwa: ” Allah adalah Dzat yang Dzahir” yaitu ketika kamu mewujudkan bahwa tidak ada sesuatu yang wujud kecuali hanya Allah Ta’ala, dan tidak ada pada alam semesta ini kecuali DzatNya, segala puji hanya milikNya, dan bersyukur hanya kepadaNya.

Tidak ada keraguan, bahwa orang yang mendapatkan makna ini setelah satu, dua atau tiga tahun, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kebaikan yang sangat agung dan sir (rahasia) yang sangat jelas yang masyhur. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits: ” berpikir satu waktu adalah lebih baik dari pada beribadah selama tujuh puluh tahun” (kitab AL Jami’ As Shaghir).
Hal ini sangatlah jelas, oleh sebab berpikir itu telah memindahkan seseorang dari ala kaun (alam semesta) kepada alam shafa (kejernihan), atau kami katakana: ” dari hadapan makhluk menuju kehadirat Allah sang Khaliq, dan Allah Maha bersaksi terhadap apa yang saya katakana”.

Dan kami tegaskan kepada setiap orang yang telah kembali dari keadaan lalai menuju kepada dzikir, untuk senantiasa mengkaitkan hatinya untuk melihat kepada Dzat Tuhannya selamanya, agar Allah Swt memberikan madad kepadanya tentang makna-makna ini, seperti halnya orang yang senantiasa berta’alluq (berkait) dengannya, dan tidak menganggap cukup waridat (sebuah makna yang dihasilkan dari berdzikir) kemudian meninggalkan wirid itu sendiri, sehingga dirinya tidak terhalang untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya. Keselamatan untuk kalian. Wallahu A’lam.

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid