Dan kami telah pasrah untuk menerima sesuatu yang di bawahnya, dan tidaklah seseorang menyerah untuk wushul kecuali orang yang bodoh.

Saya telah berpikir, apakah ada hal lain membuat kita terhalang dari para karunia Allah selain disebabkan oleh terlalainya kita dengan hawa nafsu dan meninggikannya? Kemudian terhentak di batin saya -demi Allah- adanya hal lain, yaitu akal kita.

Oleh sebab makna-makna itu tidak akan sampai kepada kita kecuali kepada orang-orang yang memiliki akan yang besar di dalam hatinya, memiliki ta’alluq (sandaran) yang besar dalam melihat Dzat Tuhannya.

Inilah makna-makna yang sampai kepadanya tentang Dzat Tuhannya, hingga membuatnya bersih dari berpikir adanya wujud selain dari padanya.

Karena inilah sejatinya keadaan orang yang senantiasa berta’alluq kepadaNya. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki akal, kecuali hanya untuk menghasilkan ilmu semata, atau hanya melakukan amal saja, maka makna-makna ini tidak akan pernah sampai kepadanya, dan tidak akan pernah merasa bahagia atasnya, oleh sebab tujuannya yang sudah berpaling kepada selain dari pada Tuhannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid