Sebagaimana Allah Swt menghalangi sebagian hambaNya dari para Nabi AS, dan juga para wali Allah Ra, sehingga mereka mendustakan dan tidak beriman kepada mereka meski hidup dalam satu masa.

Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala: ” dan kamu melihat mereka telah menyaksikanmu akan tetapi mereka tidak melihatmu (dengan hati mereka sebagai seorang utusan Allah)” ” mereka berkata: bagaimana dengan Rasul ini, dia memakan makanan dan berjalan di pasar” (QS. Al Furqan: 7) dan selain dari pada ayat-ayat ini dalam Al Qur’an, yang mana hampir saja dua pertiga atau bahkan lebih mereka mendustakan para Nabi AS.

Dan diantara orang yang tidak melihat baginda Nabi SAW (sebagai utusan Allah) ialah Abu Jahal –semoga Allah melaknatnya-, yang dia lihat hanyalah anak yatimnya Abu Thalib. Begitu pula dengan syekh murabbi –ketika ada- terkadang ketika ia melihat bahwa cara untuk membebaskan hawa nafsu muridnya dengan lapar, maka ia akan membuatnya lapar (menyuruhnya untuk berpuasa), terkadang dengan mengenyangkannya, maka ia akan membuatnya kenyang, terkadang dengan memperbanyak usaha, terkadang menyedikitkannya.

Terkadang dengan tidur, terkadang dengan tidak tidur. Terkadang dengan menjauh dari manusia, dan terkadang dengan bercampur dan bersama dengan mereka, dan begitu seterusnya. Karena terkadang nuraniah seorang murid semakin menguat, sehingga sang murabbi khawatir kepadanya, nuraniyah itu akan membuatnya hancur, sebagaimana sering terjadi pada para murid sejak dulu hingga sekarang, sehingga ia mengembalikan muridnya dari uzlah (menjauh dari manusia) kepada ketenangan untuk berkumpul dengan manusia, sehingga mampu untuk melemahkan nuraniyahnya dan selamat dari kehancuran.

Sebagaimana ketika nuraniyahnya melemah, maka sang murabbi akan mengembalikannya ke maqam uzlah, sehingga semakin kuat, dan begitu seterusnya., ” Dan sesungguhnya hanya kepada Tuhanmu lah tempat akhirnya”(QS. An Najm: 42).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid