Jakarta, Aktual.com – Pakar kelautan dan Direktur Eksekutif Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Prof Widi Agoes Pratikto mengatakan Indonesia harus memperkuat pengembangan benih perikanan.

“Kita lemah di benih karena sering tidak sabar,” kata Widi dalam diskusi tentang kelautan dan perikanan di Kemang, Jakarta, Sabtu (30/1).

Menurut dia, dua negara yang hebat dalam pengembangan benih perikanan antara lain adalah Iran dan Turki. Hal tersebut, lanjutnya, antara lain karena kedua negara itu tidak mau didikte negara maju terkait benih.

Untuk itu, ia mengemukakan bahwa pejabat yang terlibat sektor terkait harus lebih aktif seperti dalam menjalin jaringan dan komunikasi dengan berbagai pihak.

Widi menyatakan bahwa kuncinya sebenarnya ada di sumber daya manusia karena bila populasi besar, tetapi hanya menjadi beban adalah hal yang percuma.

Sebagaimana diwartakan, kebijakan “restocking” atau penyebaran benih ikan memang perlu untuk digalakkan, tetapi diharapkan dapat dicek secara berkala penerapannya, kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim. “‘Restocking’ cukup baik asal spesies lokal dan bisa dicek stoknya dalam periode tertentu,” ucap Abdul Halim di Jakarta, Senin (4/1).

Menurut Sekjen Kiara, pengecekan dalam periode tertentu itu idealnya tergantung spesies dari benih ikan yang disebarkan. Dengan demikian ada spesies ikan yang tumbuh besar hanya dalam jangka waktu setahun. Namun, ada pula spesies yang tumbuh dibutuhkan lebih dari setahun.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengatakan pemerintah terus menggalakkan “restocking” sebagai upaya mendukung prinsip keberlanjutan ikan.

“Sesuai dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, usaha perikanan budi daya yang dilakukan harus tidak merusak alam dan bahkan harus mendukung keberlanjutan. Kegiatan restocking ini dilakukan sebagai wujud dari kebijakan tersebut,” tutur Slamet Soebjakto.

Menurut dia, subsektor perikanan budi daya terus didorong untuk menuju keberlanjutan, antara lain dengan melalui kegiatan “restocking” yang dilakukan dalam rangka untuk melestarikan dan memperkaya sumber daya alam.

Slamet menambahkan bahwa pada tahun 2016, produksi benih dari Ditjen Perikanan Tangkap akan fokus pada kebutuhan benih bermutu dan juga untuk “restocking” di alam.

“Target produksi perikanan budi daya pada tahun 2016 yang mencapai 19,5 juta ton, diperkirakan membutuhkan kurang lebih 101 miliar ekor benih,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara