Beranda Nasional Ingin Terus Tingkatkan Pelayanan untuk PMI, BP2MI Keluhkan Minimnya Dukungan Anggaran

Ingin Terus Tingkatkan Pelayanan untuk PMI, BP2MI Keluhkan Minimnya Dukungan Anggaran

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menyampaikan samabutan usai menandatangani Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja sama di Jakarta, Senin (29/3/2021).

Jakarta, aktual.com – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengklaim lembaganya terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada pekerja migran Indonesia (PMI) walaupun dukungan anggaran yang diberikan masih jauh dari harapan. Meskipun demikian, BP2MI terus berusaha menunjukkan keberpihakan dengan merancang sejumlah program untuk PMI.

‘’Saya mengingatkan pada banyak pihak bahwa negara berhutang besar kepada para Pekerja Migran Indonesia. Jika ada pejabat negara tidak merasakan, sebagaimana rasa dan ungkapan dari yang saya sampaikan, biarlah itu urusan dia dengan Tuhannya. Ini beralasan, PMI memiliki sumbangan yang besar terhadap devisa negara, yakni mencapai Rp159,7 triliun per tahunnya. Untuk itu, sudah sepantasnya negara menghadirkan keberpihakan secara nyata kepada PMI melalui berbagai kebijakan dan skema yang memudahkan,” ujar Kepala BP2MI Benny Rhamdani dalam sambutannya saat Pelepasan PMI Korea Selatan dan Jerman di Jakarta, Senin, (13/3) kemarin.

Benny pun menyoal dukungan anggaran yang ditetapkan DPR RI kepada lembaganya, masih jauh dari harapan. Padahal dirinya telah menyiapkan banyak program yang berpihak dan bertujuan meningkatkan pelayanan terbaik untuk PMI.

“Pada sisi lain, BP2MI dituntut berbuat banyak hal untuk PMI. Saya sudah menyiapkan program. Mulai dari membangun Indonesia Migrant Center, rumah murah bagi PMI, klinik kesehatan di tiap BP3MI, menambah anggaran untuk pemulangan PMI yang terkena masalah di Luar Negeri atau yang meninggal dunia. Tidak bisa jalan, karena anggaran tidak mencukupi,’’ jelasnya dalam keterangan tertulis.

Karena itu demi melayani PMI secara spesial, Benny mengaku membutuhkan keseriusan dukungan anggaran yang representatif. Kondisi tersebut akhirnya mengharuskan dirinya kreatif dan realistis pada keadaan.

“Sosialisasi ekstra untuk merubah mindset publik, tidak mudah. Harus dilakukan terus, kita butuh anggaran untuk itu. Sekarang sudah mulai berlahan tumbuh kesadaran masyarakat untuk melawan sindikat. Pemerintah daerah, sampai pemerintah Desa kita edukasi agar menjalankan tugasnya memfasilitasi CPMI untuk pelatihan, serta memerangi sindikat,’’ tegas Benny.

Tidak hanya itu, Benny menyampaikan tradisi baru yang sudah dilakukan BP2MI. Dirinya mengklaim mampu membongkar kebiasaan buruk yang sudah cukup mengakar yakni memandang PMI sebagai suatu pekerjaan yang sembunyi-sembunyi atau gelap.

“Saya mendobrak cara pandang inlander. Tidak boleh lagi menempatkan PMI sebagai pekerja rendahan, atau pengemis pekerjaan. PMI wajib dimuliakan, negara hadir untuk mengintervensi agar PMI berdiri tegak secara terhormat. Nah, tradisi positif ini telah kita mulai dengan melakukan segala sesuatu secara transparan,’’ ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Megel Jekson