Ya, parpol pimpinan sang ibunda yang semula bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) memang mengalami nasib kurang enak selama rezim Orde Baru, termasuk dirongrong perpecahan hingga akhirnya muncul PDI Perjuangan.

Puan pun sudah cukup kenyang dengan pengalaman politik yang represif karena kerap mengikuti sang ibu berkeliling ketika iklim demokrasi belum sebebas sekarang ini.

Pengalamannya pun semakin terasah di internal PDI Perjuangan ketika dipercaya menjadi Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antar-Lembaga yang memiliki peran strategis.

Puan juga sempat duduk di Komisi VI DPR yang mengawasi BUMN, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta anggota badan kelengkapan dewan BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen).

Kini, Puan resmi terpilih memimpin DPR RI sebagai ketua, bersama empat wakil ketua, yakni Azis Syamsuddin (Fraksi Partai Golkar), Sufmi Dasco Ahmad (Fraksi Partai Gerindra), Rahmat Gobel (Fraksi Partai Nasdem), dan Abdul Muhaimin Iskandar (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa).

Puan berhasil membuat DPR RI “pecah telor” karena menjadi perempuan pertama yang memimpin lembaga tinggi tersebut, mengingat selama 74 tahun keberadaan DPR RI selalu diketuai laki-laki.

Artikel ini ditulis oleh: