Jakarta, Aktual.com — “Selfie” merupakan singkatan dari “Self Potrait” yaitu foto hasil memotret diri sendiri dengan menggunakan webcam, kamera poket (pocket camera) atau smartphone, Selanjutnya, hasil jepretan tersebut di-upload ke media sosial.
Sebenarnya “selfie” bukan hal baru. Pada tahun 1839 silam, Robert Cornelius memotret dirinya sendiri dan fotonya diakui sebagai “selfie” pertama di dunia. Foto tersebut kini dipajang di dalam Library of Congress, Washington DC, Amerika Serikat.
Beberapa orang berpendapat bahwa “selfie” merupakan tanda orang yang kurang percaya diri tapi ingin narsis. Mereka bergaya habis-habisan hanya ingin diakui orang lain. Apapun pendapat orang, jika “selfie” dianggap menyenangkan dan tidak melanggar norma-norma, sah-sah saja untuk di-upload ke jejering sosial media.
Foto narsis “selfie” begitu booming di Tahun 2013 karena di tahun itu banyak gadget keluaran baru dengan berbagai fasilitas untuk berfoto ria. Walaupun wajah Anda penuh dengan jerawat tetap bisa diedit sehingga hasilnya luar biasa menakjubkan.
Dari kajian penelitian oleh University of Strathclyde, Ohio University dan University of Iowa disebutkan bahwa rata-rata wanita yang suka berfoto selfie dengan me-unggah ke media sosial, dirinya merasa dipandang negatif.
Survei yang dilakukan dari 881 responden Mahasiswi Amerika Serikat dan tanya jawab mengenai seberapa seringnya menggunakan media sosial, jadwal pola makan, dan juga olahraga.
Mengenai ada atau tidaknya antara hubungan sering menggungah foto selfie dan gangguan pola makan ternyata tidak temukan hubungannya. Namun yang ditemukan justru adanya foto selfie berhubungan erat dengan masalah kesehatan mental yaitu suka membandingkan negatif citra tubuh seseorang.
Ketika mereka lebih seringkali menghabiskan waktu buat melihat foto teman di media sosial, biasanya dia akan bandingkan juga dengan tubuh sendiri. Dan ini bisa menjadikan mereka berasa berpikir negatif pada penampilan diri sendiri.
Selain itu, dalam kajian Islam, selfie akan menimbulkan sifat riya atau ingin dipuji orang lain serta sifat ujub atau mengagumi diri sendiri.
Rasulullah SAW dalam Hadis-nya melarang keras orang yang bertindak dua perilaku tersebut. Bahkan, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai dosa besar yang membinasakan pelakunya.
“Tiga dosa pembinasa: sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya.” (HR. Thabrani dari Anas bin Malik).
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai Hamba yang bertakwa, yang berkecukupan, dan yang tidak menonjolkan diri.” (HR. Muslim dari Abu Said al-Khudri).
Bersefie tanpa mempublikasikannya tentu tidak menimbulkan masalah. Namun bila sudah mem-postingnya ke sosial media, maka dipastikan ada maksud tersembunyi dari perbutannya tersebut.
Anda pasti menginginkan “like”, atau sekedar komentar dari orang lain yang dapat menurunkan sikap rendah hati anda.
Terbukti, selfie bisa menyebabkan penyakit depresi Facebook (Facebook despression),yakni penyakit kejiwaan yang membuat seseorang merasa diabaikan setelah menulis status atau mengunggah foto karena tidak ada “like” dan atau “komentar” dari pengguna lain.
Namun demikian, Anda harus memahami bahwa jika selfie itu baik, fenomena ini tentu tidak akan menimbulkan permasalahan dan dampak sosial lainnya. Wallahu alam bi showab.
Artikel ini ditulis oleh: