Puncak dari konflik diinternal Prabowo Subianto pun terlihat dari sikap Partai Demokrat yang meradang ketika diketahui mantan Danjen Kopassus itu akan mengambil wakil gubernur DKI Jakarta sebagai Cawapresnya.
Padahal, sebelumnya saling lempar pujian di tengah proses komunikasi yang dilakukan kedua partai politik (Parpol) tersebut acap kali diperlihatkan kepada publik. Bagaimana Prabowo Subianto memuji anak sulung Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dinilai sebagai anak muda yang berpotensi.
“Begini, saya lihat beliau pasti anak bangsa yang potensial. Kadang-kadang saya tidak bisa objektif, mantan TNI juga sih, tapi yang jelas dia berprestasi di mana-mana. Sekolahnya bagus, dia juga punya pengalaman di pasukan. Saya dari awal bilang dia aset bangsa,” kata Prabowo di kediamannya, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
Bahkan, dalam pertemuan yang dilakukan antara Prabowo dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan AHY di kediaman SBY di Kuningan, Jakarta, Rabu (24/7/2018) malam. Pujian juga sempat terlontar, yang membuat senyum Ketua Kogasma DPP Partai Demokrat itu tersungging di hadapan mata kamera. Yakni, akan membawa nama AHY untuk dibahas dalam rapat bersama partai koalisi lainnya tersebut.
Prabowo kemudian menyebut dua kriteria Cawapres yang dibutuhkannya. Pertama, kapabel. Kedua, harus mampu berkomunikasi dengan baik terhadap generasi muda. Pasalnya, mayoritas pemilih dalam Pemilu 2019 adalah warga yang berumur di bawah 40 tahun.
“Kalau umpamanya dalam pertemuan nanti nama AHY muncul sebagai salah satu yang dibicarakan, saya harus katakan why not,” sebut Prabowo.
“Tidak ada harga mati-harga matian. Yang penting niat beliau dan niat saya mencari solusi terbaik untuk mengatasi persoalan,” tambah Prabowo.
Tidak hanya Prabowo, mendapat angin segar digadangkan akan diambil sebagai Cawapres 2019, AHY pun juga tidak sungkan melempar pujian kepada jenderal bintang tiga tersebut. Dia mengatakan bahwa Prabowo termasuk sosok pemimpin yang tegas dan hebat.
“Beliau adalah pemimpin yang tegas, yang efektif, dan hebat. Kita tahu beliau mengenyam banyak sekali pengalaman selama militer,” kata AHY di Djakarta Teater, Jakarta Pusat, Jumat (3/8/2018).
Bukan hanya melihat Prabowo sebagai seniornya di militer, AHY juga melihat bahwa Prabowo sebagai tokoh bangsa, dinilainya selalu berani mengutarakan hal-hal besar terkait negeri.
“Dan juga, sebagai tokoh bangsa selalu mengutarakan hal-hal yang besar tentang negeri ini, saya tentu ini melihat itu ada di diri Pak Prabowo, mudah-mudahan dia sukses,” ujar AHY.
Tidak hanya Demokrat, PKS yang merupakan sekutu politik Gerindra dalam sejumlah momentum baik dalam pelaksanaan Pilkada serentak kemarin, maupun di Parlemen juga memiliki harapan sama seperti Demokrat yang notabennya baru bergabung dalam koalisi Prabowo Subianto tersebut.
Bahkan, sangat sering sekali PKS dalam upaya mengunci pilihan Prabowo memiih Cawapresnya, dengan menyebutkan ‘Teman Lama’.
Anggota Majelis Syuro PKS, Tifatul Sembiring misalnya. Ia mengklaim, PKS adalah teman setia Gerindra lantaran sudah lama berkoalisi. Jadi, hubungan PKS berbeda dengan Demokrat yang baru mendekat.
“Kita bisa juga melihat keadaan Gerindra dan PKS sudah lama ini berkoalisi dimana-mana, di Pilkada, di DPR. dalam tanda kutip Demokrat kan baru mendekat lah. Kami berharap teman setialah (untuk cawapres). Jangan ujug-ujug datang terus minta posisi seperti itu,” kata Tifatul di gedung DPR, Jakarta, Selasa, (24/7/2018).
Ia menambahkan, PKS akan tetap menawarkan Cawapres untuk Gerindra, untuk menjadi prioritas.
“Kita paling setia. PAN juga dulu sudah pernah menjadi Cawapres kok, tapi sebelum ini kan PAN bergabung dengan Pak Jokowi dan ada menterinya Pak Asman Abnur, ada Menristek juga. Maksud saya kita tetap jaga dengan Gerindra berdua. Jadi wajar saja kita menuntut itu,” pungkasnya.
Prabowo pun memuji PKS sebagai kawan lama yang setia, hal itu disampaikannya dalam semarak Milad ke-20 PKS di halaman kantor DPP PKS, Jakarta, Sabtu (21/4/2018).
Prabowo menyebut PKS lebih dari sekadar sekutu dalam berjuang. Karena menurutnya kedekatan Gerindra dengan PKS sudah terjalin lama dan sangat intensif.
“Saya dan PKS ada hubungan khusus, mereka enggak mau dikatakan sekutu tapi ingin dikatakan sebagai segajah. Mereka tidak meninggalkan Prabowo dan Gerindra di kala sulit, jadi Prabowo tidak akan meninggalkan PKS,” ujar Prabowo.
Prabowo yang saat itu mengikuti acara penyambutan Peserta Road Bike Tour de Jakarta menjelaskan Gerindra merasa bangga karena bisa bekerjasama dengan PKS. Gerindra mengaku kini PKS menjadi kawan setia di kala senang maupun susah.
“Yang saya alami PKS kawan yang setia, tidak meninggalkan Prabowo dan Gerindra di kala susah,” kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono optimis PKS dan PAN bakal berkoalisi dengan Gerindra mendukung ketua umum Prabowo Subianto jadi Capres 2019. Dia yakin bahwa PKS dan PAN tidak akan pindah ke koalisi lain.
“Kami percaya sama sahabat-sahabat partai kita yaitu partai PKS dan PAN, karena kami bertiga ini sudah seperti saudara ya. Artinya sama-sama berjuang untuk melakukan perubahan besar yang lebih baik bagi Indonesia. Artinya, sangat tidak mungkin mereka itu akan pindah ke hati lain ya,” kata Arief kepada wartawan di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4/2018).
“Artinya saya percaya dengan kawan-kawan di PKS dan PAN pasti akan mengusung pak Prabowo Subianto,” ujarnya.
Dia juga optimis PKS dan PAN bergabung karena pimpinan partai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Gerindra hari ini di Bukit Hambalang Padepokan Garuda Yaksa, Bogor, Jawa Barat.
“Kenapa? Tadi hadir misalnya petinggi-petingginya komplit. (PKS) Ada pak Sohibul ada Sekjennya, (PAN) ada Pak Amien, Pak Zulkifli ada pak Eddy, dan juga tokoh tokoh masyarakat dan agama. Artinya saya yakin kawan-kawan saya di PAN dan PKS itu orang yang ingin melakukan perubahan bersama kami untuk Indonesia yang lebih baik,” pungkas Arief.
Internal Koalisi Saling Ancam ‘Balik Kanan’

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang