Jakarta, Aktual.com — Hari kelima aksi jalan kaki Jambi – Jakarta yang dilakukan ratusan petani asal jambi memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin. Aksi jalan kaki menuntut realisasi janji Presiden Jokowi mengalami sedikit hambatan, namun mereka tetap semangat untuk menuntut keadilan ke Jakarta.

Dalam keterangan tertulisnya kepada Aktual.com, Senin (21/3), Koordinator Aksi Joko Supriyadi Nata mengungkapkan para petani yang mengikuti aksi harus beristirahat lama di Desa Sukajaya, Kecamatan Bayunglincir, karena kelelahan dan harus dirawat di Puskesmas setempat.

“Peserta aksi akan melanjutkan perjalanan pada siang hari nanti, setelah makan siang. Istirahat kali ini lebih lama karena menunggu beberapa peserta yang harus berobat di Puskesmas setempat,” ujar Joko.

Sebelum kembali melanjutkan aksinya, kata dia, Ketua Umum Serikat Tani Nasional Ahmad Rifai sempat memberikan kata-kata penyemangat melalui diskusi ringan. Dimana ditekankan Rifai bahwa perjuangan saat ini harus tertap berlanjut demi masa depan ribuan petani di Jambi.

Perwakilan ribuan petani di Jambi ini disampaikan sebelumnya berasal dari berbagai kelompok. Mereka adalah perwakilan petani Suku Anak Dalam yang berkonflik dengan PT Asiatic Persada, petani Dusun Mekar Jaya (Sarolangun) yang berkonflik dengan PT Agronusa Alam Sejahtera dan PT Wanakasita Nusantara.

Berikutnya petani Kunangan Jaya I dan II (Batanghari) yang berkonflik dengan PT Agronusa Alam Sejahtera, PT Wanakasita Nusantara, PT Restorasi Ekosistem Indonesia, dan petani dari Tanjung Jabung Timur yang berkonflik dengan Taman Nasional Berbak.

Ibu Tiur, 56 tahun, salah satu petani dari Dusun Mekar Jaya, Desa Butang, Kabupaten Batanghari, menyatakan tekadnya berjuang sampai tuntutannya dipenuhi Presiden Jokowi. Sebab tempat tinggal dan lahan sudah diambil-alih perusahaan.

“Sampai kapanpun kami harus menjemput ke Istana Bapak Presiden. Kami siap mati kelaparan, siap mati dalam perjalanan dalam perjalanan kami demi perjuangan kami, demi tempat tinggal dan lahan yang kami impikan,” kata dia.

“Saya sanggup jalan kaki, biarpun saya mati dijalan, demi perjuangan saya rela mati. Bapak Jokowi dan Menteri Kehutanan, tolong selesaikan konflik agraria. Kami tidak sanggup, kami orang susah,” demikian Ibu Tiur.

Artikel ini ditulis oleh: