Jakarta, Aktual.com — Membahas tentang amaliyah yang lazim dibaca ketika berziarah kubur, imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar memberikan penjelasan bahwa para peziarah hendaknya mengawali dengan mengucapkan salam kepada ahli kubur.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw kemudian memperbanyak bacaan Al Quran, zikir, serta mendoakan ahli kubur di wilayah yang diziarahi dan semua umat Islam.
ويُستحب للزائر الإِكثار من قراءة القرآن والذكر، والدعاء لأهل تلك المقبرة وسائر الموتى والمسلمين أجمعين
Dari keterangan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa semua ayat Al Quran, zikir, mendoakan terhadap para pendahulu dengan doa yang baik boleh dibaca ketika kita berziarah kubur tak terkecuali makam orang tua.
Secara singkat bisa dijelaskan, setelah mengucap salam lalu kita duduk bersila. Kemudian, kita membaca surat Al Fatihah tiga kali yang pahalanya dihadiahkan untuk untuk Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan para ulama, para ahli kubur dari kalangan umat Islam, khususnya orang tua, guru atau sahabat yang sedang kita ziarahi.
Selanjutnya kita membaca surat al Ihlas sebanyak tiga kali, Al Falak dan An Nas. Lalu, surat Al Fatihah, awal surat Al Baqarah, Ayat Kursi. Lalu, beberapa bacaan zikir dan shalawat seperti biasa dibacakan dalam kegiatan tahlil. Sebelumnya juga bisa kita tambah dengan bacaan surat Yasin.
Dalam berziarah kubur yaitu, mendoakan para ahli kubur di satu sisi, dan bagi kita ziarah kubur adalah sarana untuk mengingatkan kematian agar kita segera memperbaiki jalan hidup kita.
Adapun doa yang kita baca yakni, sesuai kemampuan kita. Namun jika kita bisa mengucapkan doa-doa yang telah disusun oleh para Ulama kita, baik dengan cara menghafal atau membaca, tentunya itu lebih baik.
Untuk lebih rinci mengenai amalan serta tuntunan berziarah kubur, para Ulama Ahlussunnah Wa Al Jamaah juga telah banyak yang menyusun buku-buku maupun karya-karya yang terkait dengan masalah ini.
Alangkah baiknya bagi kita masyarakat awam untuk membaca serta menggunakan karya-karya ulama tersebut seperti tuntunann tahlil dan lain sebagainya. Wallahu al-hadi ila as-shirati al-mustaqim. (Dari Berbagai Sumber)
Artikel ini ditulis oleh: