Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan arahan saat peluncuran Pusat Pengembangan Keuangan Mikro dan Inklusi di Jakarta, Selasa (15/3). OJK meluncurkan Pusat Pengembangan Keuangan Mikro dan Inklusi atau OJK Proksi sebagai bentuk komitmen mendukung perkembangan industri keuangan mikro yang berperan dalam perekonomian nasional. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/16

Jakarta, Aktual.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), mengaku geram dengan industri perbankan yang masih mematok suku bunga tinggi, terutama untuk kalangan pengusaha kelas bawah atau usaha kecil dan menengah (UKM).

Sementara fasilitas yang diterima oleh kalangan pengusaha kelas atas justru mendapat suku bunga rendah. Langkah ini diambil oleh dunia perbankan karena ingin meraup untung besar.

“Kalau pengusaha kecil bunganya tinggi. Ini karena ada paradigma keliru di perbankan kita. Mereka anggap, pengusaha kecil ke rentenir mau saja bunga 30 persen, maka bank menawarkan ke mereka 20 persen pasti diambil,” tegas Wapres JK di Jakarta, Selasa (15/3).

Untuk itu, Wapres meminta agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) bisa mendorong bank untuk menekan tingkat suku bunga. Sehingga, kata dia, bunga rendah akan menciptakan pemerataan dan lapangan kerja yang akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pada dasarnya, jelas Wapres, motor penggerak ekonomi nasional justru ada pada kelompok usaha kecil dan menengah, bukan pengusaha besar.

Ia memberi contoh sektor usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM) yang mampu menyelamatkan perekonomian nasional saat terjadi krisis 1998 silam. Bahkan, saat itu muncul fenomena kafe-kafe tenda yang sebenarnya mereka itu ikut menyelamatkan ekonomi negara Indonesia di saat itu.

“Saya ingat sekali, saat terjadi krisis 1998 yang bertahan justru UMKM, bukan perusahaan besar,” tutup JK.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan