Jakarta,- Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, membacakan pidato terakhirnya sebagai Presiden, yang dilangsungkan di Gedung Putih, tepatnya di ruang kerjanya yang dikenal ‘Meja Oval.’ Pidato itu berlangsung selama sekitar 17 menit, sebagai pidato terakhirnya menjabat Presiden AS.
Yang mengejutkan, Biden menyebutkan bahwa demokrasi Amerika kini tengah terancam dengan eksistensi orang kaya yang disebut oligarkhi. Sebagaimana dilansir The New York Times lewat kanal nytimes.com tanggal 16/01/2025 lalu, Pidato Biden dengan tegas menunjukkan kekhawatirannya atas demokrasi Amerika yang tengah terancam oleh kaum oligarkhi Amerika yang marak. Di sela-sela pidato panjangnya itu, Biden mengatakan:
“Itulah sebabnya dalam pidato perpisahan saya malam ini, saya ingin memperingatkan negara tentang beberapa hal yang membuat saya sangat khawatir. Dan ini berbahaya — dan itu adalah konsentrasi kekuasaan yang berbahaya di tangan segelintir orang yang sangat kaya, dan konsekuensi berbahaya jika penyalahgunaan kekuasaan mereka dibiarkan begitu saja. Saat ini, oligarki sedang terbentuk di Amerika dengan kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh yang sangat besar yang secara harfiah mengancam seluruh demokrasi kita, hak-hak dasar dan kebebasan kita, dan kesempatan yang adil bagi semua orang untuk maju. Kita melihat konsekuensinya di seluruh Amerika. Dan kita telah melihatnya sebelumnya.
Lebih dari seabad yang lalu, rakyat Amerika menentang para baron perampok saat itu dan menghancurkan perwalian. Mereka tidak menghukum orang kaya. Mereka hanya membuat orang kaya bermain sesuai aturan yang berlaku bagi orang lain. Pekerja menginginkan hak untuk mendapatkan bagian yang adil. Anda tahu, mereka terlibat dalam kesepakatan itu, dan itu membantu kita untuk membangun kelas menengah terbesar, abad paling makmur yang pernah ada di dunia. Kita harus melakukannya lagi.”
Dari pidato Biden itu, menunjukkan negara adidaya juga terancam atas kekuasaan yang berpusat pada oligarkhi, sekelompok orang kaya, yang dulunya disebut dengan baron. Istilah ini memang mencuat sejak Revolusi Inggris, 1660 lalu, dimana para baron melakukan kudeta atas Raja Inggris. Biden kembali mempergunakan istilah tersebut untuk mengidentifikasi para oligarkhi.
Pidato Biden ini menunjukkan bahwa sekelompok oligarkhi ternyata memang realitas hadir di setiap negara. Tak hanya di Indonesia semata. Melainkan demokrasi Amerika, yang dikenal sebagai pewaris dari demokrasi Romawi kuno, juga rusak oleh munculnya para oligarkhi.
Gambaran ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat yang kerap menjadi panutan kaum sekuler di Indonesia, ternyata mengalami kondisi yang riskan dan mengenaskan. Tentu pidato Biden ini menarik untuk dicermati banyak pihak untuk dijadikan pelajaran akan nasib negara Indonesia juga.
Artikel ini ditulis oleh:
Irawan Santoso Shidiq