Malang, Aktual.com – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menilai banyaknya korban meninggal dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan di kota Malang, Jawa timur, akhir pekan lalu karena pintu keluar terkunci dan tangga terlalu tajam.
Jokowi menyampaikan penilaiannya ketika mengunjungi dan melihat langsung kondisi Stadion Kanjuruhan pada Rabu (5/10) pasca-kerusuhan suporter sepak bola tuan rumah, Arema FC, yang menewaskan sedikitnya 131 orang.
“Sebagai gambaran saya lihat, problem di pintu terkunci dan tangga terlalu tajam, ditambah kepanikan,” kata Jokowi.
Menurut saksi mata, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober itu berawal dari tembakan gas air mata polisi untuk membubarkan pendukung tim tuan rumah yang memenuhi lapangan sepak bola setelah kalah 2-3 dari musuh bebuyutannya, Persebaya, Surabaya.
Sehari sebelumnya juru bicara kepolisian Dedi Prasetyo mengatakan bahwa enam pintu stadion di mana korban banyak berjatuhan tidak terkunci, namun tidak cukup lebar bagi banyak orang untuk keluar secara bersamaan.
Presiden memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono untuk mengaudit seluruh stadion yang digunakan kompetisi Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 tesebut.
“Perbaiki pintu gerbang, dan posisi duduk. Keselamatan penonton, suporter diutamakan,” kata Jokowi, menambahkan audit agar dituntaskan dalam sebulan.
Jokowi meminta Menteri PUPR melakukan perbaikan menyeluruh seraya mencontohkan Gelora Bung Karno di Jakarta yang berkapasitas 80 ribu orang, namun semua penonton bisa keluar dari lokasi tersebut dalam tempo 15 menit.
“Mulai perbaikan manajemen pertandingan, manajemen lapangan, manajemen pengelolaan stadion. Kita ngga ingin peristiwa seperti Kanjuruhan terjadi di negara kita,” kata Kepala Negara.
Jokowi menegaskan tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan harus diusut tuntas dan memberikan sanksi kepada pihak yang bersalah.
Presiden mengatakan jika Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan memberi tenggat selama sebulan bagi tim untuk bekerja namun dirinya meminta secepatnya mengingat semua unsur penyebab terjadinya peristiwa sudah terlihat.
Pada kesempatan itu, Jokowi menjenguk korban yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang, sambil berdialog dengan tiga – empat suporter yang menjalani perawatan.
Jokowi menyampaikan bahwa seluruh biaya pengobatan korban ditanggung pemerintah dan pemerintah daerah dan memberi santunan Rp50 juta kepada korban meninggal.
Presiden juga mengatakan telah berkomunikasi dengan Presiden FIFA Gianni Infantino pada Senin malam.
Presiden FIFA, kata Jokowi, menyampaikan FIFA siap membantu memperbaiki tata kelola persepabolaan di Indonesia.
Komnas HAM pertanyakan gas air mata masuk lapangan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tengah mengumpulkan bukti, data dan keterangan selama tiga hari terakhir untuk menyelidiki apakah ada unsur pelanggaran HAM dalam peristiwa tersebut.
Komisioner Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, menyatakan telah bertemu keluarga korban, Aremania, pemain Arema FC, dan para perangkat pertandingan.
“Juga akan meminta keterangan polisi, TNI dan pihak lain,” kata Anam dalam kanal YouTube.
Tujuannya, kata dia, untuk mendapat informasi yang menyeluruh, terutama merekonstruksi peristiwa pada akhir pertandingan, setelah wasit meniup peluit panjang.
“Beberapa menit setelah pertandingan, kondisi lapangan terkendali. Keterangan itu diperoleh dari video, keterangan suporter, perangkat pertandingan dan pemain,” kata dia.
Menurut Anam, kericuhan terjadi setelah suporter terkena gas air mata yang menyebabkan massa panik, dan terkonsentrasi di pintu yang sempit sedangkan pintu lain tertutup sehingga banyak jatuh korban.
“Kami sedang mendalami, bagaimana perencanaan pengamanan. Mengapa gas air mata masuk stadion, melanggar statuta FIFA,” kata dia.
Sehari sebelumnya Komisi Kepolisian Nasional yang melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Polri mengatakan bahwa tidak ada instruksi dari pimpinan untuk mengeluarkan gas air mata pada tragedi Sabtu malam itu tetapi ada yang menembakkan,
Sementara itu kondisi jenazah secara fisik memprihatinkan dengan wajah membiru yang menunjukkan kekurangan oksigen dan terpapar gas air mata, mata merah dan mulut mengeluarkan busa, menurut Anam.
Ia menelusuri dugaan suporter turun lapangan untuk menyerang pemain, namun hasil cek silang kepada suporter dan pemain Arema, ternyata mereka memberi semangat kepada pemain meski kalah.
“Saya dirangkul, kami berpelukan. Sampai menyampaikan pesan jangan menyerah,” kata Anam menirukan kesaksian pemain Arema FC.
Seret pelaku ke meja hijau
Sementara Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan yang terdiri dari sejumlah LSM advokasi HAM, menuntut pelaku kekerasan dalam tragedi yang tercatat sebagai salah satu bencana olahraga dengan korban terbanyak di dunia itu, diseret ke meja hijau.
“Ada pertanggungjawaban pidana. Jangan ditarik pelanggaran etik saja. Mereka menggunakan seragam, gas air mata yang dibayar rakyat,” kata Husein Ahmad, peneliti dari LSM Imparsial, yang merupakan bagian dari koalisi itu melalui kanal YouTube.
Husein menilai banyak video yang menunjukkan kebrutalan aparat dengan menendang dan menembakkan gas air mata.
Dia juga menanyakan prosedur pengendalian massa yang dilakukan, mengapa mengeluarkan tembakan gas air mata, dan mengapa pintu dikunci
“Komnas HAM harus meneliti dengan serius, ini mengarah pada kejahatan kemanusiaan. Terjadi pelanggaran HAM,” ujarnya.
BenarNews