Dalam pertemuan dengan Airlangga, Cak Imin jika kembali menekankan bahwa dirinya sudah pasti mendukung Jokowi sebagai Capres, selama ia dijadikan sebagai pendamping atau Cawapres Jokowi.

Kepada awak media, ia bahkan menegaskan jika dukungan ini bukanlah sebuah dukungan cuma-cuma yang non transaksional, alias tanpa syarat.

Enggak ada, enggak ada (dukungan) tanpa syarat,” tegasnya.

PDIP Penghalang?

Tak hanya itu, Cak Imin juga berargumen dengan menyebut jumlah suara yang akan hilang jika Jokowi tidak memilihnya sebagai Cawapres.

“Kalau Pak Jokowi tidak ambil saya, (akan) rugi karena 11 juta pemilih PKB pasti sangat mendukung (Cak Imin sebagai Cawapres),” katanya usai menemui Airlangga.

Jumlah suara yang disebut Cak Imin sendiri merujuk pada jumlah suara yang diperoleh PKB pada Pemilu 2019 silam. Saat itu, partai yang didirikan Gus Dur ini memperoleh 11.298.957 suara atau 9,04% suara nasional.

Meski demikian, ia membantah jika disebut tengah menaikkan posisi tawarnya kepada Jokowi.

“Itu (11 juta suara) bukan bargaining position, tapi fakta,” tegas Wakil Ketua MPR ini.

Lantas, apa yang membuat Cak Imin begitu keras melontarkan ‘ancaman’ kepada Jokowi? Hal ini sangat kontras dengan koalisi tanpa syarat sebagaimana disebut oleh KIH pada 2014 lalu.

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago berpendapat, setidaknya terdapat tiga alasan yang membuat Cak Imin bersikeras menjadi Cawapres Jokowi.

Faktor pertama berasal dari eksternal koalisi, yakni semakin besarnya gelombang perlawanan terhadap Jokowi dari kalangan Islam. Hal ini tercermin dalam aksi bela islam 411 dan 212 pada 2016 silam.

Meskipun lebih menekankan protes kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, namun banyak kalangan yang menganggap jika Ahok merupakan representasi dan kepanjangan tangan dari Jokowi.

“Baiknya atau ideal Jokowi mengambil sosok representasi religius, (jadi) nasionalis-religius,” ucapnya ketika dihubungi Aktual, Selasa (7/5) kemarin.

Namun demikian, Pangi beranggapan sejatinya sosok religius yang mendampingi Jokowi bisa saja bukan berasal dari kelompok parpol pendukungnya.

Faktor kedua adalah terkait Pilpres 2024. Menurutnya, siapa pun yang menjadi Cawapres Jokowi memiliki kans yang sangat besar untuk maju sebagai Capres dalam Pilpres 2024 mendatang, mengingat pada saat itu Jokowi sudah menjabat sebagai Presiden selama dua periode, jika memenangi Pilpres 2019.

Karenanya, ia pun tidak heran jika hampir semua parpol koalisi pemerintah berlomba-lomba untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres tahun depan. Selain Cak Imin, nama-nama lain yang muncul sebagai kandidat Cawapres Jokowi adalah Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar) dan Mohammad Romahurmuziy (Ketua Umum PPP).

Sedangkan faktor terakhir adalah faktor yang sangat berkaitan dengan faktor kedua. Pangi menyebut faktor Megawati dan PDIP sebagai faktor terakhir yang membuat Cak Imin begitu keras melontarkan ancamannya kepada Jokowi.

“Kalau Cak Imin ini kendalanya ada di Megawati. Bagaimana pun PDIP ingin menjegal sosok yang muncul setelah (periode) Pak Jokowi (berakhir) di tahun 2024,” jelas Pangi.

Bersambung ke halaman berikutnya

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan