Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berpidato membuka Hari Ulang Tahun (HUT) Pasar Modal Indonesia ke-38, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/8/2015). Jokowi mengatakan lambatnya perekonomian bukan hanya terjadi di Indonesia saja. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com —  Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyebutkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang besar, harus percaya diri, harus optimistis bahwa Indonesia dapat mengatasi segala persoalan yang menghadang termasuk melambatnya pertumbuhan ekonomi.

“Selama ini kita terjebak pada pemahaman bahwa melambannya perekonomian global, yang berdampak pada perekonomian nasional adalah masalah paling utama. Padahal, kalau kita cermati lebih seksama, menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, sekali lagi, menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, juga berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa,” ujar Presiden Jokowi ketika menyampaikan Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2015 pada Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI di Jakarta, Jumat (14/8).

Joko Widodo (Jokowi) optimistis Indonesia dapat melalui goncangan ekonomi dengan selamat berdasar pengalaman sebelumnya.

“Kita telah mengalami berulangkali. Kita optimis dapat melaluinya dengan selamat,” ujarnya.

Presiden menyebutkan sekarang ini siklus perekonomian global maupun nasional kurang menggembirakan, namun goncangan ekonomi seperti itu bukanlah yang pertama kali dirasakan masyarakat Indonesia.

Kepala Negara juga menyebutkan saat ini banyak masalah mendasar yang menuntut penyelesaian. Di bidang pangan, Indonesia belum mencapai kedaulatan pangan, rentan gagal panen dan mudah diterpa ketidakstabilan harga pangan.

Di bidang infrastruktur, moda transportasi massal di tiap wilayah masih sangat kurang dan belum terintegrasi dengan baik. Di bidang maritim, pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut menyebabkan kerugian negara sangat besar.

“Sedangkan untuk energi, kita masih menghadapi masalah ketersediaan tenaga listrik untuk menopang kehidupan warga dan pembangunan ekonomi. Ditambah lagi, produksi BBM masih defisit sekitar 600.000 barel per hari,” tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka