Kajian Tasawuf bersama KH. Muhammad Danial Nafis, Khadim Zawiyah Arrraudhah

Jakarta, aktual.com – Dalam Kitab Anwarul Hadi, Syekh Abdul Qadir al Jilani menjelaskan bahwa Allah memberikan bala atau ujian kepada orang mukmin yang dicintai, terutama mereka yang termasuk Ahli Wilayah dan Ahli Ma’rifah, dengan tujuan agar mereka kembali kepada Allah. Bala ini dimaksudkan agar mereka bersandar dan memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh, yang pada akhirnya akan dikabulkan oleh-Nya. Allah senang ketika mereka meminta dan dengan kemurahan serta kedermawanan-Nya, Allah memberi mereka kemuliaan.

Penjelasan ini diperkuat dalam Al-Quran, khususnya Surat Al-Ankabut ayat 2-3:

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ ۝٢ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ ۝٣

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.” (Q.S Al-Ankabut: 2-3).

Ujian adalah keniscayaan bagi orang mukmin. Persoalannya adalah apakah ketika diuji, kita semakin bersandar kepada Allah atau mencari selain-Nya. Dalam pengabdian hidup untuk menghamba kepada Allah, iman kita akan selalu diuji untuk mengetahui siapa yang terbaik amalnya untuk mencapai predikat terbaik, ujian adalah suatu keharusan, sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Mulk: 2,

ࣙالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ ۝٢

“Yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampu.” (Q.S. Al-Mulk: 2).

“Para kekasih Allah merasa khawatir jika dalam 40 hari tidak mendapat ujian, berbeda dengan orang awam yang justru senang ketika tidak diuji. Bahkan, kehilangan sandal pun bisa menjadi ujian dari Allah. Reaksi kita—apakah mengeluh atau bersandar kepada Allah—menentukan sikap kita dalam menghadapi ujian,” ucap Syekh KH. M. Danial Nafis.

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung,”.

Dianjurkan oleh Syaikh Nafis untuk dirutinkan setiap hari sebanyak 450 kali, agar kita semakin bersandar kepada Allah.

Adab yang harus dijaga ketika ditimpa ujian adalah berhusnuzhan kepada Allah, yakni berprasangka baik bahwa ujian tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki ibadah kita, bukan untuk menyalahkan-Nya atau protes.

“Pasrah dan syukur adalah sikap yang harus diutamakan karena ujian tersebut menandakan Allah masih memperhatikan kita. Khawatirkanlah diri kita ketika tidak diuji tetapi diberi berbagai karunia,” lanjutnya.

Seorang hamba harus beradab kepada Allah saat ditimpa ujian, serta merenungi diri atas dosa-dosa yang diperbuat karena meninggalkan kewajiban dan melanggar aturan. Bala biasanya ditimpakan karena hal-hal tersebut, sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 30,

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ ۝٣٠

“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).” (Q.S. Asy-Syu’ara: 30).

Ketika ujian telah usai, istiqomahlah dalam berdoa, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan memohon ampun atas kesalahan. Allah mungkin menimpakan bala agar kita memohon kepada-Nya. Janganlah berburuk sangka kepada Allah jika merasa doanya lambat dikabulkan.

“Bagi seorang mukmin, bala yang menimpa, dan sakit yang dirasakan adalah pelebur dosa dan sebab diangkatnya derajat.” katanya.

“Kita harus menyemangati diri kita dengan ayat Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” lanjutnya.

Allah yang memberi ujian, Allah juga yang memberikan solusinya. Sebagai manusia, kita tidak mampu hanya mengandalkan keterbatasan pikiran dan kekuatan kita dalam menghadapi ujian. Kita harus meminta pertolongan dan bersandar kepada Allah, sebab segala kejadian di muka bumi ini terjadi atas kehendak-Nya.

“Dalam berdzikir pun ada ujiannya, apakah dzikir yang kita lakukan murni karena Allah atau hanya untuk mendapatkan pangkat? Mari kita latih konsistensi dalam membaca wirid Hasbunallah wani’mal wakiil ni’mal maula wani’man nashir setiap hari, agar menambah rasa ta’aluq dan ketergantungan kepada Allah serta menghilangkan kesombongan dalam hati,” tutup Syekh KH. M. Danial Nafis.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain