Roma, Aktual.com – Kardinal Australia George Pell, pejabat tertinggi Vatikan yang memberikan kesaksian terkait penyalahgunaan wewenang gereja Katolik, Senin (29/2) WIB, menyatakan gereja membuat kesalahan besar dan mengecewakan masyarakat terkait kasus pelecehan seksual sistematik anak-anak oleh para imam gereja.
Menyampaikan bukti di depan para korban pelecehan di salah satu ruang hotel di Roma, Pell, kepada Komisi Kerajaan Australia sebagai lembaga yang menangani pelecehan seksual terhadap anak-anak, menyatakan bahwa anak-anak sering tidak dipercaya dan para imam pelaku perbuatan keji itu dipindahkan dari paroki ke paroki.
“Gereja telah membuat kesalahan besar dan berusaha untuk memperbaikinya, namun gereja di banyak tempat, tentunya di Australia, membuat kekacauan atas beberapa hal sehingga membiarkan masyarakat kecewa,” ujar Pell melalui video yang terhubung dengan komisi tersebut di Sydney, dikutip dari Reuters, Senin.
“Saya di sini tidak untuk membela yang tidak dapat dibela,” katanya menegaskan.
Penyelidikan Australia terhadap pelecehan seksual dilakukan sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, telah mengakibatkan implikasi lebih luas terhadap akuntabilitas para pemimpin gereja, karena jabatan tinggi yang diemban Pell di Vatikan. Pell sekarang menjabat menteri keuangan.
Pria berusia 74 tahun itu menjadi tumpuan para korban yang frustrasi atas apa yang mereka katakan mengenai kurangnya tanggung jawab dari gereja Katolik. Pell sendiri tidak pernah dituduh melakukan pelecehan seksual dan dua kali menyampaikan permohonan maafnya atas lambannya tanggapan dari pihak gereja.
Beberapa kali Pell menyatakan bahwa dia mengetahui rumor dan mengadukan pendeta paedofilia saat dia masih menjadi imam muda pada era 1970-an, namun para pimpinan gereja cenderung memberikan keuntungan praduga tak bersalah terhadap para imam, sesuatu yang diakuinya sebagai kesalahan.
Saat memberikan penekanan terhadap situasi yang spesifik yang melibatkan para imam, Pell berulang kali menyatakan bahwa dia tidak bisa mengenang kembali insiden-insiden tersebut yang pada suatu saat mengutip “momen senior” yang berujung pada kemarahan saksi di Roma dan Sydney.
“Dia pria yang cerdas dia sedang menduduki jabatan tinggi. Kami semua memiliki momen senior, namun bukan sesuatu seperti ini,” kata Tish Charter yang dilecehkan antara usia empat hingga delapan tahun di sebuah panti asuhan yang dijalankan oleh para suster, di Sydney.
David Ridsdale yang dilecehkan oleh pamannya yang merupakan pendeta Gerald Ridsdale yang kemudian terbukti melakukan 138 pelanggaran terhadap 53 korban, menyatakan bahwa suara Pell lebih bersifat mendamaikan daripada sebelumnya. Namun Ridsdale menilai perjalanan menuju kebenaran masih panjang.
Ridsdale adalah satu di antara 15 korban pelecehan dan para pendukungnya yang bepergian ke Roma untuk kembali mengumpulkan massa guna melihat Pell memberikan bukti setelah dia mengaku tidak bisa pulang ke Australia karena masalah jantung.
Di Sydney, para pendukung korban berkumpul di luar ruangan dengar pendapat komisi tersebut, berpegangan tangan saat beribadah dan membawa atribut bertuliskan “Paus Pecat Pell Sekarang” dan “Pell, Pergilah ke Neraka”.
Pelecahan seksual pihak gereja santer sejak 2002, ketika uskup di wilayah Boston memindahkan para pelaku pelecehan dari paroki ke paroki, bahkan memecat mereka.
Beberapa skandal serupa terjadi di beberapa negara dan puluhan juta dolar dibayarkan sebagai uang kompensasi.
Ironisnya, pemeriksaan di Roma baru dilakukan beberapa jam sebelum acara seremonial Oscar di Hollywood, pada saat film berjudul “Spotlight” yang mengungkap penutupan sistematik kasus pelecehan seksual di gereja di Boston dinominasikan meraih enam Academy Awards.
Pell dijadwalkan memberikan bukti pada tiga hari berikutnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara