Kunjungan mantan Presiden AS Barrack Obama ke Indonesia kali ini mengundang aneka spekulasi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Mengamati ‘kasak-kusuk’ pembahasan Freeport oleh enam Menteri Kabinet Keja setelah libur lebaran, membuat pengamat ekonomi energi dari UGM Fahmy Radhi percaya bahwa hal itu ada korelasi dengan kunjungan liburan Presiden Amerika Serikar ke-44 Barack Obama di Indonesia.

Menurut dia, sangat rasional apabila Obama bertindak sebagai ‘broker’ tatkala bertemu dengan Presiden Joko-Widodo, yang kemudian mengintervensi agar memuluskan bisnis pertambangan yang ada di Papua Indonesian.

Selama ini papar dia, perusahaan pertambangan asal AS, Exxon Mobile dan Freeport itu selalu menggunakan kekuatan lobby pemerintah, mulai dari presiden dan wakil serta menteri luar negeri AS sampai mantan presiden AS, untuk menekan Indonesia dalam perudingan Migas.

Perlu diingat ujarnya, bukan kebetulan sewaktu kedatangan MenLu AS bersamaan dengan penyerahan pengelolaan Blok Cepu kepada Exxon Mobile. Padahal seharusnya pemerintah menyerahkan blok itu ke Pertamina. Kemudian kedatangan Wakil Preiden AS bersamaan dengan keputusan pemberian izin export konsentrat sementara kepada Freeport, dan keputusan untuk Impor LNG dalam jumlah besar dari Exxon, merupakan sesuatu yang tak bisa ‘ditutup mata’, padahal Indonesia masih surplus LNG, bahkan masih ekspor LGN.

“Berdasarkan record tersebut, saya berkeyakinan bahwa Obama pun, meskipun kunjungannya lebih untuk berlibur, juga membawa pesan Freeport untuk disampaikan kepada Presiden Jokowi untuk mengakomodasi tuntutan Freeport dalam perundingan yang masih berjalan alot. Menurut saya, pertemuan enam Menteri itu merupakan upaya untuk memenuhi tuntutan Freeport seperti yang ditekankan oleh Obama kepada Jokowi,” katanya kepada Aktual.com, Selasa (4/7).

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Wisnu