Terlebih, menurutnya, kondisi geografis Indonesia menghadirkan kesulitan tersendiri dalam penataan lalu lintas antarkotanya.

“Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia membutuhkan solusi transportasi yang tidak hanya mengantarkan orang dan logistic, namun mampu mengantar komunikasi (dengan adanya fiber optic di pipa bajanya), air, gas, dan beberapa jenis material yang vital dan bisa diantarkan dalam pipa baja SkyWay,” ujar Madina.

Untuk membangun konektivitas di Indonesia, lanjut Madina, pada dasarnya yang dibutuhkan adalah suatu teknologi transportasi masal dan terpadu. Menurutnya, keunikan teknologi ini yang ramah lingkungan dan minim akuisisi lahan. Kemudian juga mampu diimplementasikan di berbagai medan, baik diatas jalan raya, jalur rel kereta api, sungai, laut, dan mampu menjangkau daerah-daerah terpencil, jalur rel string yang dirancang untuk pergerakan mobil rel khusus – unibuses.

Sementara itu, Presiden Direktur Jorong Port Wisnu Soehardjo mengapresiasi adanya MoU ini. Terlebih, dia mengklaim pihaknya memang telah merencanakan di kawasan Jorong bila semua model transportasinya itu terintegrasi.

“Jadi kami sudah ada pelabuhan satu, kemudian ada kereta api kemudian ada jalan highway kalimantan highway sama ada airport. Nah semua ini kami rencanakan untuk terintegrasi jadi sesuai dengan karena lokasi kita juga termasuk proyek strategis nasional,” kata Wisnu.

Teuku Wildan A

(Wisnu)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan