Kini kedua kubu sudah mendapatkan pasangannya masing-masing untuk maju ke pertarungan Pilpres 2019. Kedua kubu ini tentunya punya basis massa masing-masing. Tapi, peluang yang lebih besar untuk mendapatkan suara justeru ada di kubu Prabowo-Sandi.
Mengapa demikian? Menurut pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti peluang pasangan Prabowo-Sandiaga yang dimaksud ialah massa tengah yakni massa yang belum menentukan pilihan politik.
“Potensi Prabowo-Sandi lebih banyak peluang menarik massa. Kalau dilihat yang sektor tengah, ingin pemilih milenial, kelompok kelas menengah, terdidik, figur Sandiaga bisa masuk ke sini,” kata Ray dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Sandi dinilai bisa menggaet pemilih milenial karena dirinya tidak terlabel simbol-simbol agama. Apalagi, kata dia, Sandiaga juga bukan tokoh yang, katakanlah, punya kecenderungan keagamaan. Ray berpendapat sebaliknya terhadap Ma’ruf Amin. Menurut dia, Ma’ruf tak memiliki daya tarik di kalangan massa tengah.
Dia pun menganggap, yang bisa dilakukan KH Ma’ruf ini hanya bisa mengkonsolidasi orang-orang yang sudah menentukan pilihannya dari awal. Tapi berbeda dengan kehadiran Sandiaga sebagai pendamping Prabowo, kata dia, menjawab masalah kesulitan mantan Danjen Kopassus itu dalam mempengaruhi pilihan massa tengah. Sementara itu, hadirnya Ma’ruf Amin sebagai pendamping Jokowi dinilai menimbulkan risiko massa tengah akan menunda pilihan politiknya.
“Pak Prabowo punya potensi mendulang suara. Selama ini kan problemnya Pak Prabowo bagaimana menarik kelompok tengah. Problem Pak Jokowi sebenarnya bukan kelompok tengah, tapi dengan kehadiran Pak Ma’ruf, yang tadinya 60 persen ke Pak Jokowi bisa jadi menunda,” terang Ray.
Sementara, aktivis 212 Eggi Sudjana menilai keputusan kubu Jokowi memilih KH Ma’ruf tidak akan mendongkrak suara ulama pada Pilpres 2019. Eggi pun malah membandingkan nasib Megawati Sukarnoputri di Pilpres 2004 yang kandas meski menggandeng Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi.
“Kita tidak boleh sok tahu, saling melecehkan. Tapi berdasarkan fakta, jangankan Ma’ruf Amin, dulu, Ketua PBNU saja dengan Megawati kalah. Solahudin juga kalah pas wakil Wiranto,” kata Eggi di kawasan Silang Monas, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Bahkan, Eggi pun memprediksi Jokowi-Ma’ruf akan bernasib sama dengan Mega-Hasyim. “Kurang-lebih begitu. Ini analisa, bisa salah juga,” kata dia.
Jokowi, kata dia, latah karena memilih ulama sebagai pasangannya. Bisa jadi, kata dia, Jokowi terpengaruh atas isu yang memang digulirkan oleh kubu Prabowo Subianto dalam memilih cawapres dari kalangan ulama. “Jadi dia pikir perlu sandingkan dengan ulama,” lanjutnya.
Menjelang tahun politik ini, Jokowi memang kerap diterpa isu SARA hingga antek asing. Meski demikian, menurut Eggi langkah kubu Jokowi memilih ulama tidak akan menghapus stigma itu. “Itu sambil jalan. Isu itu kan tidak booming, biasa saja,” ucapnya.
Eggi pun menilai Prabowo sudah tepat memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres. Menurutnya, massa umat Islam yang mendukung Prabowo sejak awal justru akan terpecah jika cawapresnya sama dengan cawapres Jokowi, yang juga memilih ulama.
“Pilihan cerdas dari Prabowo. Kalau dari kita, ulama nanti pecah. Di sana dari kiai, kita harus hormati, kan tokoh Islam juga, kalau sini ulama juga, pecah umat Islam. Akhirnya kita pilih Sandi,” kata dia.
Belum lagi berdasarkan penelusuran Aktual.com melalui media sosial terdapat tren #2019GantiPresiden. Tagar tersebut pun semakin membanjiri media sosial terutama twitter. Berdasarkan data yang ada, dari 1-10 Agustus 2018 tagar #2019TetapJokowi berjumlah 84 ribuan tweets; #Jokowi2Periode 22 ribuan tweets, sedangkan #2019GantiPresiden berjumlah di atas 350 ribuan tweets.
Sentimen masyarakat tentang gerakan #2019GantiPresiden adalah harapan masyarakat Indonesia yang ingin perubahan. Gerakan #2019GantiPresiden tren sentimennya sangat positif. Netizen inginkan perubahan, inginkan Indonesia yang lebih baik dan sejahtera ke depan.
Keluhan media sosial tentang pemerintahan yang ada sekarang disebutnya fokus dalam beberapa hal seperti lapangan pekerjaan yang minim, harga bahan pokok yang tidak stabil. Anthony menilai keluhan tersebut bisa dijawab oleh pasangan Prabowo-Sandi di
Seperti yang diketahui, gerakan #2019GantiPresiden selain viral di media sosial juga memiliki gerakan yang kuat di masyarakat. Seperti yang ada di Makassar, massa memenuhi Monumen Mandala di Makassar pada Minggu (12/8/2018)., Sulsel untuk menghadiri deklarasi gerakan #2019GantiPresiden.
Baca selanjutnya…
Diatas Kertas Jokowi Menang