Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (kiri-kedua kiri) dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (kedua kanan-kanan) mengikuti debat publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Jakarta, Rabu (12/4/2017). Tema debat terakhir Pilgub DKI Jakarta adalah 'Dari Masyarakat Jakarta untuk Jakarta'. AKTUAL/Munzir
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (kiri-kedua kiri) dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (kedua kanan-kanan) mengikuti debat publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Jakarta, Rabu (12/4/2017). Tema debat terakhir Pilgub DKI Jakarta adalah 'Dari Masyarakat Jakarta untuk Jakarta'. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2017 banyak calon petahana yang tidak mampu meraih kembali kursi jabatannya. Calon petahana tumbang karena mengecewakan rakyat yang dipimpinnya.

“Jangan terlalu membanggakan kinerja, capaian dan prestasi yang hanya berbasis kebahagian data statistik dan angka semata, itu tidak cukup,” kata Direktur Eksekutif Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago, kepada Aktual.com, Minggu (7/5).

Menurutnya, capaian prestasi berbasis kinerja tidak cukup bagi calon petahana mendulang suara dalam pencoblosan. Apa yang terjadi pada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di DKI bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang akan mengikuti kontestasi Pilkada.

“Jangan mengecewakan rakyat dengan mengabaikan kehendak dan keinginan rakyat. Jangan bermain di zona maha sensitif yang memantik sentimen negatif, polemik dan memantik kebisingan,” jelasnya.

Pada kasus Ahok, lanjut Pangi, sesungguhnya kekalahan tersebut merupakan kekalahan yang tidak lazim untuk seorang incambent dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya mencapai 75 persen.

“Saya ingin katakan bahwa pada satu kesimpulan yang tak melompat, jika petahana terlalu percaya diri dengan bersandar pada indikator prestasi, penghargaan dan capaian selama menjabat, namun mengabaikan sentuhan emosional dengan rakyatnya, bersiaplah untuk ditinggalkan rakyatnya,” pungkas Pangi.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: