Jakarta, Aktual.com — Salah satu anggota kelompok radikal Mujahidin Indonesia Timur (MIT), ‘MAQ’ alias ‘S’ alias ‘Brother’ (19), saat ini mendekam di ruang tahanan Polda Sulawesi Tengah, untuk menjalani pemeriksaan intensif pasca penangkapan, Senin (21/03) lalu.

Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Rudy Sufrianto mengaku, pihaknya berhasil mengorek informasi dan memperoleh sejumlah fakta penting terkait Santoso (alias Abu Wardah) dan kelompoknya yang bersembunyi di hutan belantara pegunungan, Poso, Sulteng.

Menurut ia, keterangan yang dibeberkan ‘MAQ’ sangat menguntungkan. Rudy juga mengakui bahwa pihaknya tengah memetakan keberadaan serta pasukan gembong diduga teroris yang paling dicari tersebut.

“Jumlah personel Santoso sekarang kira-kira 20 sampai 30 orang,” kata Rudy saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat (25/03).

Ketika disinggung mengenai kondisi fisik 30 anggotanya tersebut, Rudy enggan menjawab. “Rahasia dong,” kilah dia.

“Tidak semua bisa kita sampaikan,”timpal Rudy.

Bahkan, dirinya enggan menyampaikan lokasi keberadaan yang menjadi titik kumpul atau tempat yang menjadi pusat konsentrasi Santoso serta pengikutnya. Selain itu, Santoso juga disebut-sebut memiliki persenjataan lengkap untuk pertempuran di dalam hutan.

Tetapi saat dikonfirmasi soal itu, Rudy lagi-lagi ogah membeberkan kekuatan logistik persenjataan yang dimiliki Santoso Cs. Dia beralasan hal tersebut tidak dapat dipublikasikan.

“Itu bukan untuk disampaikan kepada publik,” tegasnya.

Saat ditanya, bagaimana cara kepemimpinan pria yang baru saja masuk ke dalam daftar teroris global Amerika Serikat itu, Rudy mengutarakan tidak perlu membesar-besarkannya.

“Sudahlah, dia bukan sosok (pemimpin teroris internasional, red). Doakan saja Santoso itu cepat ditangkap,” pungkas Rudy.

Sekedar informasi, Tim Satuan Tugas Operasi Tinombala berhasil menangkap ‘MAQ’ alias ‘S’ alias ‘Brother’, salah seorang anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Abu Wardah alias Santoso.

Penangkapan dilakukan pada Senin 21 Maret 2016, sekitar pukul 08.30 WITA, di Desa Wuasa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Anak buah teroris yang paling dicari itu ditangkap ketika turun gunung dan mendatangani pemukiman warga untuk meminta makanan karena kelaparan.

Artikel ini ditulis oleh: