Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mempertanyakan program-program kerja pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang sejak awal katanya mengacu pada nawacita. Nyatanya, banyak kebijakan justru jauh dari ruh nawacita yang digelorakan pada masa kampanye pemilihan presiden 2014 lalu.

“Sebut saja kereta cepat Jakarta – Bandung, hutang ke Cina. Ini dipandang publik, meski ada pembangunan infrastruktur, tidak mengacu bahkan bertentangan pada nawacita,” tegas ray dalam Diskusi Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia (GDRI) ‘1 Tahun Rezim Jokowi: Kemanakah Rezim ini Akan Melangkah?’ di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/10).

Persepsi publik yang menyatakan tidak puas terhadap kinerja Presiden Jokowi-JK secara tidak langsung juga membuktikan bahwa program kerja tidak menyentuh rakyat bawah. Padahal, nawacita yang dicita-citakan menekankan pembangunan yang berkaitan dengan rakyat.

“Ketidakpuasan publik yang mencapai 50 persen, ini warning yang keras dari publik, terlalu keras dalam waktu setahun,” jelasnya.

Apa yang dilakukan pemerintahan sekarang, lanjut Ray, tidak ubahnya kerja-kerja pembangunan pada masa Orde Lama. Pembangunan infrastruktur terlihat, tetapi tidak ada karakternya.

“Pembangunannya tanpa bentuk, tanpa identitas. Itulah pola yang dilakukan Orba, bangun terus infrastruktur, tapi tidak tahu mau kemana,” demikian Ray.

Artikel ini ditulis oleh: