Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita berfoto bersama pada acara puncak program Santripreneur tahun 2023 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (30/11/2023). ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian.

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah membina 10.469 santri dari 101 pondok pesantren di seluruh Indonesia melalui program Santripreneur. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) di lingkungan pondok pesantren.

“Saya sangat mendukung peran para santri dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (1/12).

Menperin menekankan bahwa peningkatan jumlah pelaku WUB diharapkan dapat memicu penciptaan dan perluasan lapangan kerja. Namun, ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar stakeholder untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan santri dan generasi muda.

Pada acara puncak program Santripreneur tahun 2023, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) mengadakan seremonial secara hybrid di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis (30/11) lalu. Acara tersebut mengusung tema “Santri Berindustri Jayakan Negeri”.

Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita menyampaikan data Kementerian Agama hingga semester II tahun 2023, yang mencatat jumlah pondok pesantren di Indonesia mencapai 39.167 unit dengan total santri sebanyak 4,85 juta orang. Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak (12.121), diikuti oleh Jawa Timur (6.745) dan Jawa Tengah (5.084).

Reni menekankan bahwa pondok pesantren, dengan jumlah santri yang signifikan, memiliki potensi strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional dan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia.

Program Santripreneur menawarkan kurikulum kejuruan atau kewirausahaan, melibatkan kegiatan seperti bimbingan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan, dan materi kewirausahaan serta pemasaran digital yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing pondok pesantren.

Melalui program ini, pondok pesantren di enam lokasi, yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo, dapat berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional.

Reni juga mendorong para santri yang bergabung dalam program Santripreneur untuk menjadi “santri milenial 4.0” yang mampu berproduksi dengan baik dan menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industri mereka.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan