Teori Baru: Pertumbuhan Ekonomi Turun, Kemiskinan Juga Turun
BPS mengumumkan angka kemiskinan Indonesia turun menjadi 9,82% yakni sebanyak 25,95 juta Jiwa. Namun, penuruntan tingkat kemiskinan tersebut ternyata tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus.
“Bagaimana mungkin kemiskinan bisa menurun Padahal seluruh indikator makro ekonomi merosot. Jika kemiskinan menurun maka ini adalah anomali yang luar biasa yang tidak terjadi di belahan dunia manapun,” ujar Ekonomi AEPI, Salamuddin Daeng.
Berdasarkan hasil analisa, pertumbuhan ekonomi era Jokowi menurun dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi lima tahun pemerintahan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi telah menurun secara konsisten sepanjang era reformasi. Padahal Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran umum dari kinerja ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pendekatan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Rumus umum PDB adalah Konsumsi (C) + Investasi (I) + Pengeluaran Pemerintah (G) dikurangi (x/ekspor-i/impor)
“Semua variabel pertumbuhan ekonomi menurun. Konsumsi menurun karena daya beli masyarakat turun. Investasi dari luar dan ekspor melemah ditunjukkan oleh defisit neraca transkasi berjalan (current acount) dan pengeluaran pemerintah melemah yang ditandai defisit APBN yang melebar (fiscal deficit) yang selalu ditutup dengan utang,” tegasnya.
Lalu bagaimana kemiskinan bisa menurun? Sebagaimana diketahui bahwa kemiskinan diukur berdasarkan pengeluaran perkapita. Kalau daya beli melemah, lalu konsumsi melemah, kok bisa pengeluaran perkapita masyarakat meningkat, Apakah ada pembeli barang dan jasa bukan manusia?
“Teori bahwa pertumbuhan ekonomi yang rendah dan terus menurun merupakan cara untuk menurunkan angka kemiskinan. Jika ini benar maka semua buku ilmu ekonomi yang ada di semua kampus harus dimusnahkan,” guyonnya.
Selanjutnya, Makan Rp20.000/hari Bisa Dapat Apa?
Artikel ini ditulis oleh:
Eka