Saudaraku, Tuhan telah memberimu kolam rezeki, tugasmu tinggal memancing ikannya dengan bekerja.

Bekerjalah sesuai dengan gairah dan kemampuanmu. Bisa bekerja dengan kekuatan tubuh, dengan otak, dengan tindakan komunikatif. Begitu banyak cara untuk memancing rezeki.

Rahman kasih sayang Tuhan diberikan pada setiap makhluk tanpa kecuali. Seberapa banyak yang bisa kau dapatkan tergantung kegigihan dan kecakapan memenuhi tuntutan hukum-ilmu duniawi.

Berhentilah mengais rezeki dengan merasa cukup merintih berdoa. Sebaik-baiknya doa adalah berdoa dalam kerja.

Kau tak bisa menguasai dunia hanya dengan berpanjang-panjang sembahyang. Tak bisa mencemburui kelebihan rezeki yang lain, tanpa ikhtiar memeras otak dan keringat yang sama.

Sesungguhnya yang giat bekerja itu lebih mulia di mata Tuhan daripada yang pasif berpangku tangan, terpekur di atas sajadah panjang tanpa keringat ikhtiar.

Maka, setelah khusyuk sembahyang, singsingkanlah lengan baju. Siapkan alat pancingmu, dan bergegaslah menuju samudera pemancingan rezeki di berbagai belahan bumi.

Ingatlah pesan Imam Syafi’i:
”Berangkatlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusah payahlah, sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. Ketika air mengalir, ia akan menjadi jernih, dan ketika berhenti ia akan menjadi keruh. Sebagaimana anak panah, jika tak meninggalkan busurnya tak akan mengenai sasaran. Biji emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Maka ketika orang berangkat dan bekerja, dia akan mulia seperti bernilainya emas.”

 

Makrifat Pagi, Yudi Latif

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin