Dalam pertarungan skala nasional terkait dengan pemilihan kepemimpinan di suatu Negara tidak terlepas dari proses politik yang cukup rumit. Sehingga, setiap langkah baik individu si calon maupun tim sukses/pememangan pasangan calon perlu mempertimbangkan setiap keputusan secara matang. Karena, setiap keputusan atau langkah yang diambil tentu akan menimbulkan konsekuensi politik, baik menguntungkan atau merugikan.
Acara yang dihadiri puluhan juta manusia yang terdiri dari para ulama dan umat Islam , pada reuni 212 kemarin tentu menjadi fokus para pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, entah itu Joko Widodo (incumbent) maupun Prabowo Subianto (penantang), salah satunya untuk hadir dalam acara tersebut.
Pengamat Politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago (Ipang) sempat mengatakan bahwa kedua kubu pasangan calon di Pilpres 2019 tentu sudah berhitung soal peluang dan jebakan yang mungkin bisa mereka ambil melalui acara reuni 212.
“Saya pikir baik Jokowi maupun Prabowo masih berhitung hingga besok apakah akan hadir dalam acara tersebut, mengingat ada keuntungan sekaligus kerugian elektoral yang mungkin bisa mereka dapatkan dengan hadir atau tidak hadir dalam acara tersebut,” jelas Pangi Syarwi ditemui di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (30/11/2018).
Pangi menjelaskan mengenai keuntungan atau kerugian yang mungkin bisa didapat kedua kubu bila hadir. Menurut dia, kalau Prabowo hadir efek negatifnya bisa dilihat masyarakat sebagai panggung yang direkayasanya sendiri. Sebab, seperti yang kita lihat susunan panitianya merupakan orang-orang yang mendukung Prabowo di Pilpres 2019.
Namun, sebaliknya acara tersebut bisa sebagai suntikan moral bahwa Prabowo adalah Capres yang didukung umat.
Sementara itu, smabung Pangi, jika Jokowi hadir maka dirinya bisa menjelaskan isu-isu negatif yang selama ini menimpa dirinya termasuk isu-isu soal ketidak bersimpatinya selama ini kepada umat Islam.
“Jika itu dilakukan Jokowi maka akan menambah nilai elektoral, jika tak datang maka akan menjadi kerugian karena panggungnya akan diambil Prabowo,”terang dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Seperti diketahui, dalam acara reuni 212, panitia hanya menjadikan Prabowo SUbianto sebagai tamu kehormatan. Kendati demikian, meski diberikan panitia untuk berorasi, Prabowo justru tidak menjadikan panggung reuni umat Islam untuk mengkampanyekan dirinya yang maju seabagi Capres nomor 02.
Pengamat Politik yang juga peserta aksi 212 Andrianto SIP menilai bahwa Presiden Jokowi sangat berhasrat untuk hadir dalam acara reuni 212, Minggu kemarin. Keinginan untuk hadir lebih pada posisinya yang juga merupakan alumnus dari aksi damai yang terbentuk dari puluhan juta umat Islam itu.
“Saya rasa Jokowi berhasrat tuk hadir, gimanapun dia peserta aksi 212 pertama. Namun situasi dan kondisi berkata lain, karena animo peserta reuni sudah berbeda jauh dengan yang pertama,” kata Andrianto saat dihubungi aktual.com, Selasa (4/12).
Lebih lanjut, ia menjelaskan ketidak bersahabatnya situasi dan kondisi yang diperlihatkan dalam acara tersebut, tidak terlepas dari rasa kecewa yang terakumulasi di 4 tahun pemerintahan Jokowi.
“ Ada akumulasi kecewa dengan Sikond 4 tahun ini, dimana Jokowi dianggap gagal. Sehingga peserta reuni jelas sudah ambil putusan bahwa Jokowi harus out, makannya berisiko kalaua Jokowi maksa hadir,” tambahnya.
Sehingga, sudah lumrah ketika justru Prabowo Subianto mendapat manis dari acara reunian itu.
“Acara tersebut jelas buat Prabowo, menjadi momentum Prabowo. Sehingga, Jokowi harus ciptakan momentum lain,” ujarnya.
Ia pun berpadangan, pasca reuni 212 menjadi titik bahwa pertarungan di Pilpres nanti akan semakin menarik, diawali dengan menurunnya tingkat electoral Jokowi.
“Yang pasti jadi seru dan berimbang, dan tracking Jokowi kan makin turun. Artinya reuni akan sangat mempengaruhi suara umat Islam, terlebih bagi yang hadir kemarin,”pungkasnya.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kapitra Ampera menegaskan, acara reuni 212 sama sekali tidak mengancam suara Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019 nanti.
Ia mengklaim, jumlah peserta aksi yang diklaim mencapai 8 hingga 10 juta orang itu mengada-ngada. Sebab, dirinya menghitung luas tanah Monumen Nasional (Monas) seluas 80 hektare hanya bisa digunakan 50 persennya.
“Ahh gak ada itu, hitung dong. Berapa luas sih, kalau luasnya itu katakanlah 80 hektare luasnya Monas ya, 80 hektare. Yang dipakai 50 persen artinya hanya 40 hektare satu orang berdiri 1 meter, berapa orang? Ya toh?,” kataya kepada wartawan, Menteng, Jakarta Pusat. Senin (3/12/2018).
Dari hitungannya tersebut, Kapitra yang juga pernah ikut turun dalam aksi serupa semakin yakin tidak akan menggoyang suara Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Gak ada (ancaman). Jadi (walaupun jutaan), jutaannya berapa, kalau 10 persen itu pemilih 132 juta. 0,6 persen. Gak ada itu. Katakanlah 10 juta itulah pemilih Prabowo. Yang lainnya memilih Pak Jokowi-Ma’ruf,” tegasnya.
Pengaruhi Pilpres 2019?
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang