Jakarta, aktual.com – Mudir ‘Aaly Idarah ‘Aliyah JATMAN., Dr. KH. Ali Masykur Musa menekankan begitu pentingnya membumikan thoriqoh dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan menurut beliau, nilai-nilai dalam thoriqoh dapat menjadi fondasi moral yang kokoh untuk menciptakan pemerintahan yang jujur, adil, dan berdaulat.
“Kalau thoriqoh menginsert di dalam negara, saya yakin seperti yang disampaikan dan dipaparkan PPATK dalam sehari dua hari ini, bahwa transaksi yang ditengarai ada penyimpangan di dalam satu tahun itu sudah mencapai angka 900 triliun, itu tidak akan terjadi,” ujarnya dalam acara Halal Bil Halal Jatman DKI dan Haul Syekh Muhammad Shidiq AlGhumari di Zawiyah Arraudhah Tebet, Jakarta, Selasa (22/4).
Selain itu menurut Kiai Ali Masykur Musa, yang juga pernah menjabat sebagai Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI periode 2009–2014 bahwa thoriqoh pada era kolonialisme Belanda berperan besar dalam gerakan perlawanan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Perang Diponegoro juga… itu [para pahlawannya] penganut dari Thoriqoh Syattariyah yang dia sangat keras melawan Belanda,” cerita KH. Ali Masykur.
“Kemudian saat merdeka, Muhammad Hatta, [adalah] cucu dari Mursyid Thoriqoh Nasyabandiyah Syekh Abdurrahman Batuhampar yang ada di Sumatera Barat. Jadi kemerdekaan ini adalah darahnya para pengamal thoriqoh,” tambah kyai yang juga kerap dipanggil ‘Cak Ali’ tersebut.
Pesan nasihat dan kisah sejarah yang disampaikan oleh Kiai Ali Masykur Musa menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi tantangan zaman, nilai-nilai spiritualitas dan pengamalan thoriqoh jelas mempunyai relevansi dalam membimbing kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat.
“Orang thoriqoh, orang sufi itu bukan berarti harus dipuncak gunung, tidak punya apa-apa. Tidak. Orang thoriqoh sufi bisa memimpin negara, orang thoriqoh sufi menjadi gubernur, orang thoriqoh sufi bisa kaya raya, tetapi kekayaannya yang dia peroleh di dunia itu lil akhirah (untuk urusan akhirat),” tutupnya.
(Muhammad Taqiyuddin Sirojul Haq)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain