Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) melepas ekspor produk perikanan dari Lombok, NTB, ke Tiongkok, Malaysia, dan Vietnam.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (25/3), memaparkan bahwa beragam produk yang diekspor meliputi biji mutiara air laut, lobster, ikan kerapu dan kakap, serta indukan vaname.

Menteri Trenggono telah meninjau produk perikanan yang akan diekspor tersebut di Balai KIPM Mataram, NTB, 24 Maret 2021.

Trenggono mendorong agar kalangan pembudi daya dan pelaku usaha perikanan menjaga kualitas produk untuk menjaga kepercayaan pasar dunia.

KKP, katanya, sebagai regulator di bidang kelautan dan perikanan mendukung penuh stakeholder dalam menjalankan usahanya.

“Ini bagus sekali sudah bisa masuk pasar ekspor. Kita harus tingkatkan,” kata Menteri Trenggono.

Jumlah biji mutiara air laut hasil budi daya yang diekspor sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir dengan tujuan Tiongkok. Kemudian produk yang ditujukan ke Malaysia masing-masing lobster origin paradise 120 ekor serta kakap dan kerapu seberat 240 kilogram, serta ke Vietnam sebanyak 440 ekor indukan vaname.

Pengiriman produk perikanan senilai lebih dari Rp200 juta tersebut dikirim ke negara tujuan menggunakan pesawat udara pada Kamis.

Lisa, salah satu pembudi daya tiram mutiara di Lombok menyebut permintaan mutiara air laut di pasar ekspor cukup tinggi. Bahkan menurutnya Indonesia termasuk negara yang menguasai pasar untuk komoditas tersebut.

“Alhamdulillah hasilnya menjanjikan. Karena untuk budi daya mutiara air laut, Tiongkok, Hong Kong, India, belum bisa. Hanya Indonesia dan Australia. Kita kuasai pasar,” ujar Lisa.

Lebih dari 10 tahun ke belakang Lisa dan keluarganya menekuni budidaya tiram mutiara di Lombok. Saat ini ada 10.000 tiram yang dibudidayakan dengan metoda long line. Mutiara yang dihasilkan Lisa dan keluarga biasanya untuk perhiasan dan juga bahan baku kosmetik.

Menurutnya, budi daya tiram mutiara merupakan investasi jangka panjang, sebab baru bisa dipanen sekitar dua tahun kemudian.

Selain itu, ujar dia, aktivitas budi daya ini pun mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini ada sekitar 50 pekerja yang terlibat di dalamnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i