Apa yang disampaikan Titiek ini, kata dia, merupakan pernyataan elektoral saja, karena bisa saja ada yang masih loyal dan merindukan gaya pemerintahan Presiden Soeharto. Oleh karenanya, Titiek mengeluarkan pernyataan kontroversial tersebut.

“Ini elektoral saja. Mereka berpikir barangkali masih ada pendukungnya Pak Harto mau diambil,” sebutnya.

Senada dengan Rachland, Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar menganggap bila ada petinggi partai seperti Titik Soeharto, yang tak lain politisi Partai Berkarya sekaligus pendukung Capres Prabowo menginginkan jaman orde baru kembali, itu merupakan bukti bahwa pedagang politik di Indonesia sedang sakit.

“Kalau ada yang mau balik ke jaman Soeharto, atau mau mempraktekan otoritarianisme gaya baru, menurut saya memang pedagang politik di Indonesia sedang sakit,” sindir Haris Azhar, yang juga mantan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), ketika dihubungi.

Zaman Soeharto, kata dia, tidak akan bisa terulang. Karena, itu semua banyak prasyaratan untuk menghidupkan kembali era Soeharto.

“Dan sudah tidak mungkin, kalau menurut saya. Itu romantisme saja. Tapi, bahwa otoritarianisme bisa selalu terjadi,” katanya.