Semarang, Aktual.co — Komunitas Satwa Eksotik (KSE) Semarang dan Sahabat Si Komo kembali mengedukasi melalui konservasi satwa kepada pelajar. Kegiatan pada bagian ke 8 ini para komunitas mengenalkan cerita legenda satwa Lutung Jawa di SMA 15 Semarang.
KSE menceritakan tentang lutung yang telah melegenda menjadi cerita rakyat Sunda, Jawa Barat, yaitu Lutung Kasarung. Diceritakan bahwa lutung yang tersesat itu merupakan perwujudan Sang Hyang Gurumunda dari Kahyangan. Saat itu, legenda cerita rakyat tersebut bermuatan makna yang sangat dalam tentang akibat buruk dan sifat suka memandang rendah orang lain dan keutamaan sifat pemaaf dan tidak pendendam.
Kembali mengenai lutung dan sisi konservasinya, Wawan selaku ketua KSE Regional Semarang memulai sesi pertama dengan menerangkan lutung atau langur. Satwa lutung merupakan kelompok monyet dunia lama yang membentuk genus Trachypithecus.
Dia menambahkan, lutung berbadan langsing dan berekor panjang. Warna bulu/rambut pada tubuhnya berlainan tergantung speciesnya.
“Dari hitam dan kelabu, hingga kuning emas. Jika dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung terbilangpendek, dengan telapak yang tidak berbulu. Ukuran lutung berkisar antara 40-80 cm, dengan berat 5-15 kg,” terang dia melalui siaran pers diterima Aktual.co, Minggu (9/11).
Dia menjelaskan ciri-ciri ukuran lutung jantan biasa berbadan lebih besar dari pada betinanya. Tonjolan diatas matanya membedakan lutung dari saudara dekatnya, yaknisurili. Pada umumnya  lutung beranak satu dengan masa kehamilan tujuh bulan.
Menurut dia, salah satu hal yang menarik dari monyet ini adalah anaknya yang berbulu ke emasan, dan dipelihara oleh seluruh betina dalam kelompoknya. Seiring dengan bertambahnya umur, warna keemasan padarambutnya akan semakin pudar berganti gelap hingga akhirnya dewasa pada umur 4-5 tahun.
“Dan hewan ini bisa hidup hingga 20 tahun. Dikarenakan umumnya hanya beranak satu ekor yang merupakan salah satu penyebab menurunnya populasi lutung di alam, juga disebabkan perburuan liar, menurunnya kualitas habitat, serta maraknya perdagangan illegal karena adanya permintaan yang tinggi terhadap lutung di pasar illegal,” beber dia.
KSE yang mengusung konsep Noctuday menjelaskan konservasi dan pelestarian “Lutung Jawa” yang sudah mulai jarang dan telah masuk ke satwa dilindungi pemerintah. Oleh appendix 2 oleh CITES (lembaga dunia yang mengatur perdagangan flora dan fauna), yakni sebagai satwa yang dilindungi dan sangat di batasi perdagangannya.
Dicontohkan habitat lutung di Jawa Barat yang hanya terkonsentrasi pada kawasan ber habitat yang relatif tidak terganggu, salah satunya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). 
“Ya, lutung jawa merupakan salah satu bagian dari total keanekaragaman hayati Indonesia yang terdegradasi secara terus menerus,” ujarnya.
Pada sesi kedua, cerita legenda lutung disambung oleh Roy dan Herra yang memberikan materi edukasi tentang jenis jenis ular berbisa yang umum biasa ditemui dilingkungan sekitar. Saat itu, masuklah ke sesi tanya jawab seputar materi-materi yang telah diterangkan.
Wulan (17), salah satu penanya yang mengajukan pertanyaan mengenai reptil mengalami proses ganti kulit dalam hidupnya.Pertanyaan pun dijawab oleh Hilmi wakil dari Sahabat Si Komo, bahwa reptil mengalami dan melakukan proses ganti kulit (sheding) yang berguna dalam proses pertumbuhan si reptil tersebut dan fungsi lainnya seperti menghindari parasit dan kutu atau tungau yang berada dan hidup  di kulit mereka.
Sesi terakhir, merupakan sesi yang paling ditunggu siswa-siswa yang langsung berinteraksi dan berfoto bersama satwa satwa jinak seperti ular, biawak, dan iguana.
Ditempat yang sama, menurut Dwi, Pembina dari SMA 15 Semarangmenyatakan, acara ini sangat menarik dan positif sekali karena muatan edukasinya yang langsung di lapangan dan semoga dapat terus dipertahankan dan berlanjut oleh pihak KSE.