Presiden Joko Widodo saat menghadiri KTT G20 di Jerman (istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mendesak Presiden Jokowi dalam KTT G20 untuk mempertahankan proteksi domestik sektor perikanan terhadap perdagangan bebas.

Merujuk data Organisasi Pangan Dunia (FAO), Indonesia merupakan produsen ikan terbesar ke-3 dunia. Namun bila berbicara tentang ekspor produk perikanan, Indonesia tidak masuk ke dalam peringkat top 10 dunia.

“Hal ini menunjukkan bahwa pondasi kita di sektor perikanan masih lemah. Bila proteksi domestik dihilangkan, kendali domestik kita akan lumpuh tertindas oleh kekuatan modal asing”, ujar Wasekjen KNTI, Niko Amrullah di Jakarta, Jumat (7/7).

Selain itu, Niko mengatakan angka kredit macet UMKM Perikanan pun semakin mengalami peningkatan sekitar 8,7% dibanding tahun 2015. “Bila dilihat dari aktivitas industri perikanan juga mengalami kelesuan, misalnya di Sulawesi Utara,” kata dia.

Sementara, Berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional dari Bank Indonesia, pada triwulan I 2017 terjadi penurunan aktivitas Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang diakibatkan oleh menurunnya pasokan ikan sebagai bahan baku yakni dari 250 ton/hari di tahun 2015, kini hanya mencapai 90 ton/hari.

Niko menambahkan bahwa saat ini dunia tengah mengalami tantangan besar yakni problematika pangan untuk 9 milyar penduduk dunia di tahun 2050 sebagai dampak perubahan iklim, perekonomian yang tidak menentu, dan berujung pada peningkatan kompetisi pemanfaatan sumber daya alam. Sektor perikanan menjadi target SDGs dari aspek pangan dan nutrisi yang mesti dipastikan keberlanjutannya baik ekonomi, sosial, bahkan lingkungan.

“Maka dari itu, bukan hal yang mustahil sumber daya ikan Indonesia menjadi incaran dunia di tengah semakin meningkatnya konsumsi ikan dengan pertumbuhan rata-rata 3,2% dalam kurun waktu 52 tahun (1961-2013), namun produksi perikanan tangkap cenderung stagnan sejak tahun 1980an “, kata Niko.

Laporan: Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby