Mohammed bin Salman. Foto/Reuters

Jakarta, Aktual.com – Putra mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) terus menjadi sorotan karena kebijakan. Dalam rangkaian perubahan di Saudi, MbS disebut-sebut melemahkan pengaruh Wahabi.

Wahabi, salah satu ajaran ‘pemurnian’ yang diperkenalkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Inti dari pemurnian ajaranya adalah merujuk langsung ke Al Quran-hadis, dan ingin memurnikan Islam seperti di zaman Nabi Muhammad dan tiga generasi setelahnya.

Istilah yang sering disematkan kepada kelompok-kelompok gerakan ‘pemurnian’ Islam adalah ajaran Salafi.

Salah satu dari banyak ajaran pemurnian Salafi, termasuk Wahabi adalah merumahkan perempuan dan menganggap suara mereka sebagai aurat.

Para pengamat menilai ajaran Wahabi ketat dan menolak inovasi karena dianggap tak sesuai ajaran Islam atau bidah.

Berikut adalah langkah-langkah MbS dalam mengurangi pengaruh Salafi dan Wahabi:

1.Mengizinkan perempuan tanpa jilbab

MbS menyatakan bahwa perempuan di Arab Saudi memiliki kebebasan untuk memilih jenis pakaian yang sesuai dan pantas untuk mereka kenakan, termasuk melepaskan jilbab dan larangan penggunaan abaya saat ujian sekolah.

2.Larangan penggunaan abaya di sekolah

Pada Desember 2022, Saudi melarang perempuan mengenakan abaya saat ujian di sekolah, untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian.

3.Perempuan masuk militer

Pada Februari 2021, pemerintah Saudi mulai menerima pendaftaran Angkatan Bersenjata bagi perempuan yang berusia antara 21 hingga 40 tahun.

4.Izinkan perempuan hidup sendiri

Pada awal 2021, pemerintah mengizinkan perempuan di atas 18 tahun untuk mengubah nama mereka tanpa perlu izin dari wali, serta tinggal sendiri tanpa wali.

5.Perempuan boleh pergi sendiri

Pada 2019, pihak berwenang mencabut pembatasan perjalanan bagi perempuan di atas 21 tahun, memungkinkan mereka mengajukan paspor dan bepergian secara bebas.

6.Perempuan boleh menyetir

Saudi mengakhiri kebijakan kontroversial dengan mengizinkan perempuan untuk menyetir mobil pada 2017.

7.Penangkapan ulama

Di tengah upaya reformasi, pemerintah Saudi juga kerap menangkap ulama dan individu yang mengkritik kebijakan kerajaan.

Mantan imam Masjidil Haram, Sheikh Saleh Al-Talib, adalah salah satu yang ditangkap pada 2018 karena ceramahnya yang menentang kebijakan pemerintah.

Pada tahun 2022, pengadilan Saudi menjatuhkan vonis hukuman penjara 10 tahun terhadapnya, bersama dengan beberapa tokoh lainnya seperti Salman Al-Awdah, Awal Al-Qarani, Farhan Al-Maliki, Mostafa Hassan, dan Safar Al-Hawaii.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan

Tinggalkan Balasan