Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin menerima kunjungan Imam Masjidil Haram Syekh Hasan Abdul Hamid Bukhari beserta rombongan di kantor DMI, Jakarta, Rabu (4/7/2018). Imam Masjidil Haram Syekh Hasan Abdul Hamid Bukhari menganggap Indonesia seperti negara kedua karena hubungan panjang yang kuat antara Arab Saudi dengan Indonesia. Kunjunga Syekh Hasan Abdul Hamid Bukhari juga untuk menghadiri Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa V yang diselenggarakan di Jakarta. AKTUAl/Tino OKtaviano

Jakarta, Aktual.com – Dewan Masjid Indonesia (DMI) angkat bicara tentang penyebutan istilah ‘masjid radikal’. Wakil Ketua Umum DMI, Syafruddin pun mengaku geram dengan pihak-pihak yang kerap menuding masjid sebagai tempat penyebaran paham terorisme.

Syarifuddin mengatakan, tidak satu pun masjid yang menjadi tempat perkembang biakan paham terorisme. Perwira polisi berbintang tiga ini pun tak habis pikir dengan adanya penelitian yang menyimpulkan adanya terorisme berbalut agama di masjid.

Ia menilai, penelitian itu sangat diragukan indikator dan standarnya.

“Paling tidak saya ingin mengatakan bahwa saya sangat membantah kalau ada yang mengatakan mesjid itu tempat radikal. Masjid itu benda tempat suci,” kata dia di Jakarta, Selasa (10/7).

Lebih lanjut, Syafruddin pun mendesak pengkajian ulang terhadap penelitian itu. Dari sudut pandangnya, masjid bukanlah tempat menumbuhkan paham terorisme, merupakan tempat ibadah saja.

Ia juga mengingatkan semua pihak agar tidak lagi menyebarkan isu ini, karena hal ini dapat berakibat fatal.

“Makanya hati-hati jangan sampai dilaknat oleh Allah menuduh nuduh masjid radikal. Tidak mungkin. Saya membantah,” ucap Wakil Kapolri ini.

Sebelumnya, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) melakukan survei terhadap 100 masjid pemerintahan di Jakarta. 100 masjid tersebut terdiri dari 35 masjid di Kementerian, 28 masjid di Lembaga Negara dan 37 masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan