Jakarta, Aktual.com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian memaparkan lima metode sebagai upaya pencegahan tertularnya virus radikal di Indonesia.

Menurut dia, cara pertama adalah dengan menetralisir atau mengubah paham radikal dari kelompok-kelompok atau individu para perekrut pelaku teror.

“Kita bisa menetralisirnya dengan cara persuasif,” ujar Tito saat menghadiri simposium deradikalisasi oleh organ sayap PKB yaitu Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa di Jakarta, Kamis, (19/1).

Kemudian lanjut Kapolri, mengubahnya menjadi moderat dengan program ‘counter ideologi’, sehingga orang yang pahamnya radikal menjadi moderat.

Langkah kedua yaitu dengan cara koersif lebih menekankan pada upaya keamanan seperti melibatkan militer, intelijen dan kepolisian yang diperkuat dengan payung hukum.

Namun, Tito menyarankan perlunya law enforcement. “Tinggal pilih mau dengan militer, intelijen yang menggunakan undang-undang keras dengan pasal karet atau ‘law enforcement’ melalui kepolisian,” terang dia.

“Kalau menurut saya di negara kita yang demokrasinya mengarah ke liberal, lebih cocok dengan ‘law enforcement’ tetapi tetap ada unsur militer dan intelijen di dalamnya,” sambung Kapolri.

Ketiga, dengan cara menetralisir segmen masyarakat yang rentan menjadi target doktrinasi radikalisme. Menurut Tito, cara ini harus diikuti dengan kajian terkait wilayah-wilayah mana saja yang masyarakatnya rentan menjadi target paham radikal.

Sehingga, pola keempat diperlukan juga program counter media di dunia maya untuk melawan media-media digital yang dimanfaatkan kelompok radikal menyebarkan pahamnya.

“Untuk membuat bom mereka bisa melakukan melalui ‘cyber training’, cukup didikte bahan dan caranya. Perlu ada program khusus untuk menetralisi channel-channel media seperti ini,” tutur Kapolri.

Terakhir, dengan memanfaatkan penelitian para ahli, ilmu sosial dan ulama terkait alasan suatu wilayah kerap dijadikan tempat penyebaran paham radikal atau menjadi sasaran aksi teror.

“Misalnya kenapa di Poso banyak pelaku teror? Kenapa teror terjadi di Solo, Banten dan sebagainya? Apakah karena faktor spiritual, faktor ideologi atau faktor emosional atau dendam,” kata Tito.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini berharap organisasi sayap PKB Garda Bangsa dan organisasi lain dapat membantu upaya-upaya deradikalisasi dengan menempuh lima upaya yang dijabarkan itu.

 

Laporan: Fadlan Butho

Artikel ini ditulis oleh: