Terlepas Terusan Kra memang gagasan Cina untuk membangun pengaruh di kawasan Asia Tenggara melalui Thailand, namun suka tidak suka, Terusan Kra akan selesai dan beroperasi pada 2020 mendatang. Begitu pandangan dari M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan, Global Future Institute kepada Aktual.
“Saya hanya bermaksud mengusik para pemangku kepentingan kebijakan strategis Politik dan Keamanan maupun luar negeri, Kira-kira apa yang kini dilakukan oleh Singapura dalam mengantisipasi ‘ancaman’ ini, sedang kehidupannya sangat tergantung dengan jasa pelabuhan? Lantas apa yang seyogianya dilakukan Indonesia dengan akan beroperasinya Kra Thailand?
Pranoto mengingatkan bahwa gagasan membangun Terusan Kra ini dari pihak Thailand sebenarnya timbul-tenggelam. Namun kemudian benar-benar jadi kenyataan ketika pemerintah Cina dan Thailand bersepakat di bawah kerang kerjasama China-Thailand Infrastucture Investment and Development dan Asian Union Group, telah menandatangani nota kesepahaman, Meskipun anehnya baik pemerintah Cina maupun Thailand menyatakan tidak terlibat dalam proyek tersebut.
Lebih lanjut, Pranoto yang putra asli Malang-Jawa Timur itu mengatakan, seharusnya Indonesia menyerap inspirasi dari dibangunnya Teluk Kra itu dengan mengaktifkan kembali Pelabuhan Internasional Sabang sebagai “Port” transit bagi seluruh kapal-kapal dagang.yang selama ini dilakukan oleh Singapura. “Dengan begitu, tanpa harus terkait dengan Program One Belt One Road(OBOR) dari Cina, mengaktifkan Pelabuhan Sabang di Aceh, pada gilirannya kita bisa mencekik Singapura. Bukankah sewaktu Pak BJ Habibie jadi presiden sempat menggagas membangun pelabuhan di Pulau Sabang?”
Sepertinya gagasan semacam ini layak untuk jadi bahan pertimbangan dan kajian lebih lanjut. Setidaknya bisa dimulai dari Lemhanas dan Kementerian Luar Negeri.
Laporan: Agustina Permatasari
Editor: Hendrajit