Ribut-ribut nomenklatur direksi Pertamina. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Bongkar pasang jajaran direksi pada suatu perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) tentunya bukan suatu pertanda baik, terlebih hal ini terjadi pada perusahan national oil company (NOC) atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor minyak dan gas (Migas) sebagai tumpuan pelopor pembangunan nasional. Namun apa hendak dikata, pada Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK) melalui Menteri BUMN, Rini Soemarno sebagai pemegang saham, telah dua kali mencopot Direktur Utama (Dirut) Pertamina. Bahkan tidak hanya bongkar-pasang jajaran direksi, Rini juga melakukan beberapa kali perombakan nomenklatur untuk mencari format ideal.

Sekarang menjadi teka-teki, siapa selanjutnya menempati kursi panas yang ditinggal oleh Elia Massa Manik. Meskipun dikabarkan beberapa nama telah disodorkan di meja Presiden untuk mendapat persetujuan Jokowi, namun tak ada yang bersedia membuka suara siapa saja nama tersebut. Termasuk Menteri Rini juga pilih bungkam ketika ditanya list nama-nama yang telah sampai ke Presiden, sambil tersenyum Rini minta untuk tidak diganggu.

“Sudah Cukup, Jangan Ganggu saya dulu,” kata Rini.

Massa Manik Disayang dan Massa Manik Ditendang
Agaknya pemilihan Dirut Pertamina kali ini harus lebih selektif agar tidak mengalami kekeliruan sebagaimana terpilihnya Massa Manik hingga ia diberhentikan dengan masa tugas hanya satu tahun lebih satu bulan (16 Maret 2017 – 20 April 2018). Walaupun terpilihnya Massa Manik merupakan sebuah kesepakatan jalan tengah dari tarik menarik kepentingan atas sejumlah nama yang masuk ke Presiden, namun ternyata Massa Manik berakhir dengan ‘su’ul Khatimah’.

Untuk diingat, Proses terpilihnya Massa Manik menjadi Dirut Pertamina harus melalui jalan alot hingga masa tugas Yenni Andayani sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Pertamina kala itu, terpaksa di perpanjang. Yenni ditunjuk menjadi Plt setelah Dwi Soetjipto diberhentikan. Saking alotnya pemilihan Dirut baru kala itu, hingga satu bulan (3 Maret 2017) waktu yang disediakan untuk mencari pengganti Dwi, ternyata Dirut definitif Pertamina belum kunjung ditetapkan hingga kemudian Massa Manik resmi dipilih pada 16 Maret 2017 melalui SK-52/MBU/03/2017.

Secara jejak rekam, Massa manik dianggap berpengalaman dengan sederet prestasi selama memimpin Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III (persero). Karenanya Massa dipercaya menjadi nahkoda Pertamina yang waktu itu sedang proses pembentukan holding dengan mencaplok PT PGN (Persero) Tbk. Selain daripada itu, yang tak kalah penting, Massa Manik dianggap sebagai sosok yang mampu menengahi berbagai kubu di Pertamina terutama terhadap kasus ‘mata hari kembar’, dimana kasus tersebut menjadi dasar pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dari pasangan Dirut dan Wadirut.

Setelah diangakat dengan kepentingan holding, malangnya Massa Manik diberhentikan juga dengan alasan holding. Diketahui melalui SK-39/MBU/02/2018 Menteri Rini merombak nomenklatur Pertamina dan menghapus keberadaan Direktur Gas untuk implementasi holding migas bersana PGN. Dua bulan selanjutnya, Dirut Pertamina, Elia Massa Manik secara resmi turut diberhentikan.

Baca juga http://www.aktual.com/dalang-dibalik-bongkar-pasang-direksi-pertamin/

“Berdasarkan laporan dan pendapat Dewan Komisaris, serta mempertimbangkan pelaksanaan serta implementasi restrukturisasi Pertamina berdasar SK-39/MBU/02/2018, Kementerian BUMN memutuskan melakukan penyegaran terhadap susunan direksi Pertamina, termasuk Direktur Utama. Mengingat belum ditunjuknya Direktur Utama definitif, maka pemegang saham memutuskan agar Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama Pertamina diisi oleh Nicke Widyawati selaku Direktur SDM. Nicke juga merupakan Ketua Komite dan Implementasi Holding Migas,” tegas keterangan pers kementerian BUMN pada saat pencopotan Massa.

Baca selanjutnya…
Apa Mahar untuk Jabatan Dirut?

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta