Siapa Kandidat Kuat Jadi Dirut?
Namun apapun maharnya untuk menjadi sorang Dirut Pertamina, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Inas N. Zubir menekankan, pemilihan Dirut tidak mengesampingkan aspek kapabilitas atau kemampuan untuk menjadikan Pertamina sebagai NOC yang kuat hingga membawa Indonesia kepada kemandirian energi. Ia berharap Presiden Jokowi lebih selektif atas sodoran list nama dalam hal memberi persetujuan.

“Saya berharap Presiden Jokowi mengambil keputusan yang out the box,” kata Inas.
Adapun sederet nama calon Dirut yang menjadi desas-desus di publik yakni; Sofyan Basir yang saat ini menjabat Dirut PT PLN, Nicke Widyawarti yang saat ini menjabat sebagai Direktur SDM sekaligus Plt Dirut Pertamina, Hanug Budya Yuktyanta adalah mantan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Syamsu Alam. Selain itu nama Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang juga memiliki peluang untuk menempati kursi perusahaan plat merah tersebut.

Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi melihat diantara sederet nama tersebut, Nicke Widyawarti yang memiliki kans besar untuk terpilih menjadi Dirut Pertamina. Mengingat kiprah Srikandi itu cukup gemilang di beberapa jajaran direksi BUMN. Saat ini Nicke bukan hanya dipercaya sebagai Plt Dirut dan memegang kunci jabatan di Pertamina, dia juga dipercaya sebagai Ketua Implementasi Holding Migas.

“Menurut saya, Dirut baru harus dari internal Pertamina, karena tidak ada lagi waktu untuk belajar lagi. Kalau kaitannya dengan holding migas, saya kira bu Nicke sudah mulai dan dia Ketua implementasi Holding Migas. Artinya sosok buk Nicke dalam konteks itu cukup tepat. Apa lagi pemegang saham mempercayai dia sebagai Plt Dirut Pertamina, ini sebagai sinyal bahwa pemegang saham mempercayai dia,” kata Fahmy.

Lalu untuk nama Dwi dan Bambang, bagi Fahmy tidak terlalu meyakinkan karena merupakan bagian dari masa lalu Pertamina dengan kasus Matahari Kembar. Kalau itu dipaksakan, dia khawatir akan berimbas buruk pada kinerja korporasi dan budaya polarisasi di tubuh Pertamina semakin meruncing.

Selain itu, jika pegambil kebijakan menetapkan nama Sofyan Basir, Fahmy tidak meragukan sama sekali kemampuan manajerial pria yang sedang menakodahi PLN itu, hanya saja Fahmy menyayangkan program 35.000 MW dan elektrifikasi 100 peren di PLN diperkirakan akan menjadi terbengkalai jika ditinggalkan oleh Sofyan. Adapun sosok Syamsu Alam diakui memiliki integritas yang baik dan memahami sektor hulu, namun untuk manajerial masih diragukan.

“Bambang dan Dwi bagian dari matahari kembar, kalau dipasang akan memunculkan kembali polarisasi dari kubu-kubu. Ini nggak sehat. Kalau Syamsu Alam, dia punya kapasitas, sangat ahli di bidang hulu, tapi kalau kemampuan manajerial, dia belum teruji. Tapi Syamsu Alam orangnya jujur. Sofyan Basir bagus, tapi sayang, masih dibutuhkan proyek 35.000 MW dan elektrifikasi 100 persen. Selain nama-nama itu, saya tidak punya preferensi,” ujar Fahmy.

Namun Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) memiliki calon tersendiri yang disarankan kepada Presiden Jokowi untuk disetujui, yakni bernama Iwan Ratman. Menurut Ketua Umum eSPeKaPe, Binsar Effendi, sosok Iwan memiliki komitmen tinggi dan siap menawarkan sistem kontrol atas manipulasi dan mafia migas.

“Akan menyampaikan saran kepada bapak Presiden Jokowi agar berkenan memilih Dr Iwan Ratman untuk menjadi Dirut Pertamina mengganti Elia Massa Manik,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta