Ilustrasi Manusia Berdoa

Jakarta, Aktual.com– Allah SWT menciptakan tiga makhluk hidup yaitu Malaikat, Manusia dan Hewan. Dari ketiga makhluk ini mereka memiliki persamaan dan juga perbedaan. Persamaannya yaitu mereka merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT. Adapun perbedaannya terletak pada potensi yang mereka miliki.

Malaikat memiliki potensi akal, akan tetapi tidak memiliki nafsu. Sehingga dari potensi ini ia sangat patuh kepada Allah SWT, karena memang tidak memiliki akal sama sekali. Sementara manusia, memiliki akal dan nafsu. Sehingga dengan keduanya, bisa saja manusia taat dan juga bisa saja bermaksiat.

Sedangkan hewan, ia hanya memiliki nafsu tanpa adanya akal. Dengan begitu, hewan tidak dibebankan secara syar’i karena yang menjadi tolak ukur dibebankan secara syar’i adalah akal. Begitupun manusia, jika ia kehilangan akal. Maka, ia tidak dibebankan secara syari’i

Dari sini muncul sebuah pertanyaan, manakah yang lebih mulia manusia atau malaikat?

Syekh Syihabuddin al-Qastalani dalam kitabnya Mawahib al-Laduniyah mengutip bahwa para ulama berbeda pendapat, antara siapa yang lebih mulia. Ada yang berpendapat bahwa malaikat lebih mulia dan juga ada yang berpendapat sebaliknya.

Kelompok yang berpendapat bahwa malaikat lebih mulia adalah dari kalangan mu’tazilah, pakar filsafat dan sebagian kalangan asya’irah. Terdapat beberapa alasan mereka di antaranya:

Pertama, malaikat adalah makhluk yang hanya berupa ruh tanpa jasad. Sehingga terhindar dari nafsu, amarah, dan keburukan-keburukan lainnya.

Kedua, para nabi yang notabene memiliki derajat paling tinggi di antara seluruh manusia, mereka belajar kepada para malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

علمه شديد القوى

“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 5)

Ketiga, dalam al-Quran dan hadits penyebutan malaikat selalu lebih dulu daripada manusia seperti:

خلقت الملائكة من نور وخلق الجان من مارج من نار وخلق آدم مما وصف لكم

“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, sementara jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan pada kalian semua.”

Dari sini dapat dipahami, bahwa yang didahulukan berarti lebih mulia daripada yang didahului.

Sementara pendapat yang mengatakan bahwa manusia lebih mulia dibandingkan malaikat ini menjawab beberapa argument di atas, sebagai berikut:

Pertama, manusia memiliki dua potensi dalam dirinya, yaitu akal dan nafsu. Dengan nafsu yang dimilikinya, akan memiliki nilai perjuangan lebih dalam menjalani ketaatan kepada Allah SWT.

Kedua, meskipun malaikat mengajari para nabi, tetapi sejatinya bukan malaikat yang mengajari. Melainkan Allah SWT.

Ketiga, penyebutan malaikat lebih didahulukan daripada manusia, bukan karena yang didahulukan lebih mulia. Tapi karena, memang malaikat lebih dahulu diciptakan daripada manusia.

Jadi jelas, dari argument di atas bahwa manusia menjadi sosok yang lebih mulia dibanding malaikat jika ia mampu untuk mengendalikan nafsunya sehingga dengan nafsu tersebut ia mampu taat kepada Allah SWT.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarian)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra