Sejumlah mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) beraktivitas di penampungan sementara Asrama Transito Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur, Surabaya, Jatim, Sabtu (23/1). Sekitar 373 orang dewasa dan 32 anak-anak eks-Gafatar asal Jawa Timur tersebut didata dan diperiksa kesehatan setelah tiba dari Pontianak, Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/kye/16

Semarang, Aktual.com – Belasan warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), dikabarkan terjangkit penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang kini masih dalam perjalanan laut dari Mempawah, Kalimantan Barat menuju pulau Jawa melalui pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.

Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menyatakan, sekitar 1.500 warga yang terdiri dari anak-anak dan orang tua dipastikan tiba pada Senin (25/1) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB.

“Kami dapat laporan, jika di dalam kapal banyak yang sakit influenza, demam, ISPA dan penyakit lainnya,” kata Komandan Pangkalan (Danlanal) TNI AL Semarang, Kolonel Laut (P) Elka Setiawan saat menggelar apel siaga menyambut pemulangan ratusan eks Gafatar di pelabuhan Tanjung Emas, Minggu (24/1).

Karena itu, dirinya menyiagakan personel dan tim medis mulai malam nanti di tenda-tenda pelabuhan. Sebab, banyak warga eks Gafatar yang terjangkit penyakit. Bahkan, kata Elka, tenda-tenda kesehatan untuk menampung warga eks Gafatar telah didirikan, sebelum mereka tiba.

Diperkirakan tiga kapal KRI Gilimanuk milik TNI-AL yang digunakan mengangkut masyarakat eks Gafatar itu tiba tidak bersamaan. Sesuai jadwal, kapal pertama bersandar di dermaga pukul 02.00 WIB. “Mudah-mudahan cuaca bagus dan jika kemungkinan terjelek maka waktu (kedatangan kapal) bisa bertambah,” imbuhnya.

Ia menjelaskan secara teknis evakuasi dan pengamanan dibagi menjadi dua skenario. Pertama, petugas memberikan pelayanan bila ada yang sakit cukup serius. “Warga menjalani pemeriksaan kesehatan di tenda yang telah didirikan maupun di kapal lebih dulu. Barulah pukul 06.00 WIB diberangkatkan menuju Asrama Donohudan, Solo,” kata dia.

Kedua, skenario yang dipersiapkan petugas gabungan TNI/ Polri maupun pemerintah setempat, yaitu begitu kapal merapat ke pelabuhan, maka petugas kesyahbandaran setempat sudah menyiapkan seluruh peralatan masing-masing.

Meski begitu, dirinya menegaskan bila penanganan ini bukan termasuk kejadian luar biasa.

“Jadi informasi yang beredar kami harapkan hanya dari kapolsek, danlanal dan dandim. Di luar itu jangan ada statemen kepada publik. Sebab, dinamikanya terus berubah,” terang Elka.

Artikel ini ditulis oleh: