Jakarta, Aktual.com – Imam Al Ghazali dalam Al Ihya memberikan sebuah nasehat penting yg berkaitan dengan sistem pengajaran anak dan menjelaskan apa akibat yg terjadi ketika terus menerus memaksanya belajar, beliau mengatakan,

“وينبغي أن يؤذن له بعد الانصراف من الكتاب أن يلعب لعبا جميلا يستريح إليه من تعب المكتب بحيث لا يتعب في اللعب فإن منع الصبي من اللعب وإرهاقه إلى التعلم دائما يميت قلبه ويبطل ذكاءه وينغص عليه العيش حتى يطلب الحيلة في الخلاص منه رأسا..”
[إحياء علوم الدين، ٣\٧٣]

“Hendaknya anak-anak itu diberikan izin bermain dengan permainan yg bagus (positif dan tidak melanggar syari’at) setelah selesai dari belajarnya, agar dengan itu ia bisa melepas penatnya belajar dan nantinya ia tidak lelah dalam bermain, karena sesungguhnya, melarang anak untuk bermain dan menekannya terus menerus untuk belajar akan membuat hatinya mati, menghilangkan kecerdasannya, dan menyusahkan hidupnya, sehingga akhirnya ia akan berusaha mencari cara agar ia berhenti dari belajar sama sekali..” (Ihya Ulumiddin 3/73)

 

Sejak 900 tahun yg lalu, Imam Al Ghazali sudah membicarakan hal-hal mengenai kejiwaan anak-anak, kejiwaan dan pola pikir mereka berbeda dengan orang dewasa.

Mengajar dan mendidik anak dengan cara memaksa bukanlah cara didik yang baik, bahkan itu sebuah kezoliman, walaupun untuk menghafal Qur’an.

Seorang Imam Abdul Malik bin Habib pernah menasehati ketika menyerahkan anak-anaknya kepada seorang guru, akhir nasehat tersebut mengatakan,

“..علمهم كتاب الله و لا تكرههم، فيملون..”

“Ajari mereka kitab Allah dan jangan paksa mereka, nanti mereka bosan..”

 

Bedakan antara memaksa dengan mengimbau..
Memaksa tidak boleh, menghimbau dan membuat mereka cinta kepada kitab Allah itu harus..

Wallahu a’lam..

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin