Di tahun 1983 saat usianya masih relatif belia (31 tahun) dia sudah tampil sebagai Ketua Asosiasi Importir Film Eropa Amerika (AIFEA) dengan kuota 100 judul film setiap tahun. Dalam waktu singkat diapun menguasai dunia perfilman import di Indonesia. Ini menjadi awal lahirnya grup 21 (Twenty One Group).
Setahun kemudian tepatnya di tahun 1984 diapun menjadi Produser Film Nasional dengan judul “Doea Tanda Mata” bergenre drama politik, yang sangat kental dengan aroma perjuangan melawan penjajahan Hindia Belanda. Dengan dibintangi Alex Komang, Jenny Rachman dan disutradarai oleh Teguh Karya.
Film ini kemudian mendapat award Best Picture dlm Festival Film Asia Pacific 1984. Selain itu juga film ini memborong 12 domonasi di FFI 1985.
Bagi Budi Prakoso yang saat itu masih relatif muda (32 tahun), ini adalah pengalaman hidup yang tidak pernah terlupakan. Saat itu dia hendak menyerahkan dana kepada ibu negara, namun berbuntut panjang karena mendapat tegoran dari Satgas Intel Kopkamtip.
Dunia perfilman yang membawa sukses besar ini harus dia tinggalkan karena adanya konflik dengan keluarga penguasa pada zaman orde baru.