Jakarta, Aktual.com — Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan defisit anggaran pada akhir 2015 diproyeksikan mencapai 2,23 persen terhadap PDB, atau melebar dari target yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar 1,9 persen terhadap PDB.
“Memang defisit akan melebar, tentunya ini ‘worst case’ kalau penerimaan perpajakan hanya 92 persen, tapi kita upayakan pajak tetap tinggi,” katanya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu (1/7).
Menkeu menjelaskan dengan adanya tambahan defisit 2,23 persen terhadap PDB atau senilai Rp260 triliun, maka akan ada tambahan pembiayaan yang diupayakan dari pinjaman dari berbagai lembaga multilateral, bukan dari penerbitan SUN.
“Perlu ada pembiayaan tambahan Rp38 triliun yang akan diupayakan dari pinjaman mulilateral maupun bilateral, seperti World Bank, ADB, Jerman sama Jepang, bukan mencari dari pasar SUN, untuk menutup defisit anggaran,” katanya.
Menkeu mengatakan skenario defisit anggaran 2,23 persen terhadap PDB itu berasal dari perkiraan pendapatan negara yang hingga akhir tahun mencapai Rp1.649,8 triliun dan belanja negara yang diproyeksikan mencapai Rp1.909,8 triliun.
Pendapatan negara tersebut berasal dari perkiraan penerimaan perpajakan yang terdiri atas pajak serta bea dan cukai mencapai Rp1.367 triliun serta penerimaan negara bukan pajak yang diproyeksikan sebesar Rp279,4 triliun.
“Penerimaan perpajakan semester satu realisasinya Rp555,2 triliun, semester dua diproyeksikan bisa mencapai Rp811,8 triliun, melihat perkiraan ini, realisasi penerimaan pajak dan bea cukai akhir tahun mencapai Rp1.367 triliun atau 92 persen dari target,” ujarnya.
Sementara, perkiraan belanja negara terdiri atas belanja Kementerian Lembaga yang diproyeksikan mencapai Rp730,1 triliun, belanja non Kementerian Lembaga Rp515,5 triliun serta transfer ke daerah dan dana desa Rp664,2 triliun.
Dalam kesempatan tersebut, Menkeu juga memaparkan estimasi asumsi makro hingga akhir tahun antara lain pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, laju inflasi 4,2 persen, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 6,0 persen dan nilai tukar Rp13.100 per dolar AS.
Selain itu, outlook asumsi lainnya adalah harga minyak mentah Indonesia diperkirakan rata-rata mencapai 59 dolar AS per barel, lifting minyak 825 ribu barel per hari dan lifting gas 1.221 ribu barel per hari setara minyak.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka