Polemik Pencatutan Nama Presiden Terkait Saham Freeport (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli menilai, kasus rekaman yang disebut-sebut melibatkan Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Reza Chalid, dan Dirut PT Freeport Indonesia Ma’roef Syamsudin, yang rekamannya diperdengarkan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), bagaikan sinetron, pertentangan antar geng yang berebut saham.

“Ini seperti yang saya pernah katakan, inikan bagaikan sinetron, pertentangan antar geng yang berebut saham ya. Tapikan kuncinya dari perdebatan ini, rakyat Indonesia dapat lebih baik atau tidak,” kata Rizal di kantor Presiden, seperti dikutip dari laman setkab.go.id, Jumat (4/12).

Rizal mengingatkan, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menjelaskan, dan dari dulu poinnya sama, bahwa Freeport harus membayar royalti lebih tinggi 6-7%, karena di masa lalu akibat “hanky panky” membayar royalti hanya 1%.

Yang kedua, lanjut Rizal, Freeport harus tanggung jawab soal processing limbah. “Itu ada laporannya semua bagaimana, tanya saja sama bekas-bekas Dirjen KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) bagaimana Freeport membuang limbah seenaknya tanpa diproses,” jelasnya.

Yang ketiga, tutur Rizal, Freeport wajib untuk membangun smelter. Ia menyebutkan, undang-undangnya sendiri sudah harus dilaksanakan tahun 2009, tapi menurutnya dengan sengaja Freeport menunda-nunda.

Yang terakhir adalah soal divestasi. Jadi, lanjut Rizal, di luar perdebatan yang kelihatan seru, ramai di DPR kita jangan lupa arahnya, yaitu Indonesia harus mendapat manfaat lebih besar dari Freeport karena selama ini tidak.

“Di luar itu kita anggap saja perebutan antara geng, yang berebut daging lah, berebut kue, tapi poin yang lebih penting jangan lupa,” ungkap Rizal Ramli.

Rizal juga mempertanyakan siapa yang membuat dan berupaya agar Freeport diperpanjang kontrak nya tanpa memperbaiki syarat-syarat nya lebih dulu.

“Kalau betul jadi pahlawan kan. Berjuang dulu dong memperbaiki syarat-syaratnya baru perpanjang. Siapa yang memperpanjang all out, mau jadi juru bicara Freeport tanpa memperjuangkan dan menguntungkan Indonesia,” terang Rizal seraya menambahkan, kalau yang lain-lainnya memang kacau semualah.

“Kita tahu siapa,” kata Rizal mengakhiri keterangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan