Suasana bongkar muat pelabuhan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat pada bulan September 2016 sebesar 1,22 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada Agustus 2016 yang sebesar 0,36 miliar dollar AS. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan serius untuk mewujudkan visi menjadi hub logistik Asia Pasifik.

Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, untuk mencapai hal tersebut pemerintah telah meluncurkan Pusat Logistik Berikat (PLB).

Dan untuk sosialisasi PLB ini, pemerintah menggelar Jakarta International Logistics Summit and Expo (JILSE) yang merupakan rangkaian dari acara Indonesia, Transport, Supply Chain, and Logistic (ITSCL) 2016.

“Pembangunan PLB sangatlah penting untuk mengurangi waktu inap, sehingga biaya logistik lebih efisien, dan dapat menjadikan Indonesia sebagai hub logistic di kawasan Asia Pasifik,” ujar Menkeu di acara JILSE, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (19/10).

Menurut Menkeu, dengan adanya PLB diharapkan pemasok barang di luar negeri akan tertarik melakukan penimbunan barang di PLB.

“Karena semangat PLB ini untuk mencari solusi dalam meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya transportasi dan logistik di Indonesia,” ujar Sri Mulyani.

Sebagaimana diketahui, pada Maret 2016, pemerintah melalui Ditjen Bea Cukai telah meluncurkan fasilitas PLB, yang merupakan salah satu dari paket kebijakan ekonomi jilid II.

Fasilitas yang positif ini, telah dinilai Bank Dunia dapat mendukung distribusi logistik yang murah dan efisien, mendukung pertumbuhan industri dalam negeri, serta menjadikan Indonesia sebagai hub logistic di Asia Pasifik.

Menurut Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi, hingga saat ini Indonesia telah membangun 14 PLB yang melayani berbagai sektor seperti minyak dan gas, pertambangan, maintenance, repair and overhaul (MRO), otomotif, dan farmasi.

“Sekitar 25 PLB akan segera dibangun dalam waktu dekat ini. Berkolaborasi bersama asosiasi dan pemain utama di industri ini,” tegasnya.

Selama ini, kata dia, industri logistik dianggap kurang kompetitif serta ditengok dari akses pasar kurang mendukung bagi UMKM. Dan setelah ada PLB, menjadi semakin positif.

“Salah satunya dari sisi dwelling time sudah mulai cepat. Saat ini sudah 1-2 hari. Ke depan kami harapkan bisa di bawah satu hari,” tegas dia.

Ditambah lagi setelah adanya PLB, semakin banyak efisiensi sekaligus bisa menggenjot dari aspek perpajakan.

“Sejak adanya PLB sudah ada efisiensi dan penghematan mencapai Rp300 miliar lebih terutama dari penimbunan barang migas. Sementara dari aspek perpajakan terutama dari PPh Badan capai Rp11 miliar. Karena banyak perusahaan yang semula menimbun di luar negeri, sekarang di dalam negeri,” jelas Heru.

Acara ini dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian dan diikuti oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, serta dari asosiasi dunia usaha.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan